LEBAK, KOMPAS.com - Rahmat Haidir (46) memacu sepeda motor dari rumahnya di Kecamatan Cilograng ke Kecamatan Panggarangan di selatan Kabupaten Labak, Banten.
Hari masih menunjukan pukul 05.30 WIB, namun dia musti bergegas ke SMAN 4 Panggarangan. Jarak dari rumahnya ke sekolah sekitar 35 kilometer.
Dia harus berangkat sepagi mungkin karena perjalanan ke sekolah juga tidak mudah. Akses jalan yang dilalui tidak selalu mulus. Sepuluh kilometer dari jalan raya ke sekolah dalam kondisi rusak.
Di SMAN 4 Panggarangan Rahmat menjabat sebagai kepala sekolah. Baru satu tahun menjabat, namun sejumlah perubahan sudah dilakukan di sekolah ini, berbekal dari latar belakangnya sebagai guru penggerak.
Baca juga: Buruh di Lebak Kecewa karena UMK-nya Terendah di Banten, Pj Bupati Pasrah
Setiba di sekolah, Rahmat mengajak guru-guru lain untuk melakukan kegiatan rutin setiap pagi, yakni menyambut siswa di depan gedung sekolah.
“Karena setiap anak yang berangkat dari rumahnya berbeda-beda kondisinya, mungkin ada yang dari rumahnya sempat cekcok, ada masalah, tapi ketika sampai sekolah kita harus bisa membawa si anak jadi student well being,” kata Rahmat, di SMAN 4 Panggarangan, Jumat (8/12/2023).
Menyambut pagi anak adalah salah satu program yang dibuat Rahmat di sekolah ini.
Bukan program yang besar, namun berdampak terhadap emosional siswa dan menciptakan lingkungan yang nyaman saat belajar di sekolah.
Di tengah keterbatasan fasilitas sekolah, Rahmat memutar otak untuk meningkatkan daya saing sekolah. Rahmat ingin sekolahnya setara dengan di kota-kota.
Kendati berada di pelosok, sekolah ini menghadirkan pengalaman belajar seperti di kota. Misalnya, saat ujian menggunakan aplikasi berbasis Andorid.
“Kalau di daerah kita itu kendalanya kalau jaringan listrik mati dan sinyal enggak ada,” kata Rahmat.
Rahmat juga mengaplikasikan program merdeka mengajar (PMM) di sekolah ini dengan mengedepankan bakat dan kemampuan siswa.
Sebagai kepala sekolah dengan latar belakang guru penggerak, Rahmat merupakan satu-satunya Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari total 26 tenaga guru dan petugas di sekolah ini.
Rahmat merupakan guru penggerak angkatan dua satu-satunya dari Kecamatan Cilograng Lebak pada tahun 2020. Sebelumnya dia merupakan guru di SMAN 1 Cilograng sejak tahun 2009.
Baca juga: Truk di Banten Dibatasi Saat Libur Nataru, Ini Lokasi dan Jadwalnya
Modal dari guru penggerak itu dia tularkan ke guru-guru lain untuk meningkatkan kompetensi sekolah.
“Saya selalu berdialog, mengingatkan kepada teman-teman guru agar kita memberikan keteladanan. Jadi, dengan cara keteladanan, siswa-siswa bisa menjadi yang diharapkan,” kata dia.
Di samping meningkatkan kompetensi sekolah, tenaga pengajar di sekolah di sini juga berjibaku untuk mendapatkan siswa agar mau sekolah.
Menurut Rahmat, budaya di lingkungan sekolah masih banyak yang memilih untuk bekerja daripada sekolah.
Karena itu, sekolah memiliki program Jumat Dialog di mana menyosialisasikan ke masyarakat mengenai pentingnya sekolah.
“Alhamdulillah hasilnya luar biasa, banyak yang mau menyekolahkan anaknya di sini, dan ada peningkatan luar biasa untuk jumlah siswa,” kata dia.
Hasilnya, jumlah siswa tahun ini sebanyak 146 dari sebelumnya hanya 86 siswa.