SALATIGA, KOMPAS.com - Tahapan kampanye pemilu 2024 telah dimulai Selasa (28/11/2023) hingga 10 Februari 2024, atau selama 75 hari.
Kampanye dilaksanakan secara serentak meliputi kampanye pemilu capres-cawapres dan para calon anggota legistlatif (caleg).
Berbagai cara dilakukan peserta pemilu menarik hati rakyat. Cara yang jamak dilakukan adalah dengan pemasangan alat peraga kampanye (APK) berupa spanduk.
APK tersebut dipasang di berbagai tempat strategis agar mudah dilihat dan dibaca, sehingga peserta pemilu menjadi lebih terkenal.
Baca juga: Masa Kampanye Dimulai, Belum Ada Kepala Daerah di Jateng yang Ajukan Cuti
Seperti yang dilakukan Zaenuri, caleg DPRD Kabupaten Semarang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ratusan baliho bergambar dirinya telah terpasang sejak mendaftar menjadi caleg.
Namun, desain baliho bergambar Zaenuri terhitung 'nyleneh'. Spanduk tersebut bergambar 11 wajah Zaenuri dalam berbagai pose dan diberi nama di bawahnya. Seperti Zappin, Abu Kitaro, Mbah Bejo, Gus John, Nuri, Kopral, ZaenZappin, Parmin, Gabul, Toyek, dan Zaenuri.
Di spanduk lain bergambar Zaenuri bersama anaknya. Ada yang memegang bola dan gitar. Selain itu, dia juga menyertakan keterangan bisnis properti yang digelutinya.
Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Zaenuri mengatakan 11 wajah tersebut menggambarkan permasalahan yang dihadapi masyarakat.
"Jadi itu seperti 'wajah permasalahan' masyakarat, sehingga anggota dewan harus mengerti dan bisa menjadi problem solving, menjadi solusi," ujarnya, Selasa (28/11/2023).
"Jadi itu adalah penggambaran wakil rakyat harus bisa mengayomi semua lapisan masyarakat. Namanya wakil rakyat, ya tidak hanya datang lima tahun sekali, tapi harus hadir selalu di tengah masyarakat. Akses harus dipermudah, komunikasi harus lancar," paparnya.
Mengenai menyertakan foto anak dan bisnisnya, Zaenuri menyatakan itu sebagai lambang keberlanjutan. Menurutnya, politik itu harus memberikan kesempatan bagi generasi muda.
"Perubahan harus dilakukan oleh kaum muda. Sementara kenapa ada iklan bisnis, menyampaikan bahwa saya berpolitik itu bukan untuk mencari nafkah, tapi pengabdian," kata dia.
Terpisah, pengamat Komunikasi Politik dari Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Rizki Amalia Yanuartha mengatakan solusi perkenalan yang lebih mengena masyarakat adalah dengan bertemu secara langsung.
"Ini untuk lebih mengenal rakyatnya, calon pemilih. Bukan pencitraan, tetapi memang mau turun ke lapangan dan mau tahu yang sebenarnya dibutuhkan dan menjadi bagian dari rakyat itu sendiri," jelasnya.
Menurutnya, para peserta pemilu harus mengubah perspektifnya soal media kampanye.