BIMA, KOMPAS.com- Bertolak belakang dengan popularitasnya, Pantai Torolonde dan kawasan pantai Ule di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) justru kotor dan penuh sampah.
Kedua pantai ini terletak di sebelah utara Kota Bima, tepatnya di jalan lintas Kelurahan Kolo. Pantai tersebut berlokasi di Kelurahan Ule, Kecamatan Asakota.
Baca juga: Sampah di Pantai Cibutun Loji Tak Berhenti Berdatangan meski Sudah 4 Hari Dibersihkan
Untuk sampai ke Pantai Torolonde, dari pusat Kota Bima dibutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Akses menuju pantai tersebut juga telah beraspal.
Di pantai itu, para pengunjung bisa menikmati indahnya hamparan gunung, perpaduan birunya langit dan laut, serta deretan pohon hijau.
Sayangnya, banyak sampah berserakan di sepanjang tepian pantai. Dari sampah organik seperti kayu dan dedaunan, hingga plastik kemasan, semuanya membaur menjadi satu.
Baca juga: Prihatin Pantai Cibutun Kembali Dipenuhi Sampah, Bupati Ungkap Penyebabnya
Kondisi tersebut dikeluhkan oleh masyarakat. Bahkan saat berkunjung, mereka kesulitan mencari tempat duduk di tepi pantai lantaran begitu banyaknya sampah yang berserakan.
"Untungnya tiap hari ada pemulung yang pungut botol bekas, sehingga sampah-sampah yang menumpuk di pantai ini sedikit berkurang," kata Junaidin, warga asal Kelurahan Jatibaru kepada Kompas.com, Selasa (10/10/2023) sore.
Ia mengatakan, tumpukan sampah itu berserakan di area Pantai Torolonde sejak lama.
Menurut dia, sampah-sampah ini sebetulnya bukan hanya berasal dari hasil buangan para pengunjung dan warga sekitar. Tumpukan limbah berbagai jenis itu juga bersumber dari tempat pembuangan akhir (TPA) yang tak jauh dari tepi pantai.
"Sampah-sampah ini kebanyakan berasal dari bukit itu (TPA), kan jatuhnya ke laut. Kemudian terbawa arus hingga ke pantai," kata dia.
Ia menyebutkan, tempat pembuangan sampah ini terletak di atas bukit sebelah utara kampung So Nggela, tepatnya berada di pinggir jalan memasuki perkampungan yang berjarak sekitar 20 meter dari tebing pantai.
Di pinggir jalan itu, kata dia, memang sejak lama berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah liar.
Di lokasi itu sampah menggunung dan menebar bau busuk bagi pengguna jalan. Sampah-sampah itu berserakan dan mudah terlihat dari jalan raya. Bahkan warga yang melintas tampak menutup hidungnya akibat aroma busuk sampah yang menyengat.
Baca juga: Menggambar di Tumpukan Sampah, Cara Seniman Yogyakarta Ingatkan soal Kebersihan
Apalagi ketika diguyur hujan deras, Junaidin mengatakan, sampah akan lebih banyak masuk.
"Tapi sekarang kan masih musim kemarau, jadi sampah-sampah di tempat pembuangan itu sudah menumpuk. Namun lain ceritanya kalau hujan turun, pasti banyak ikut terbawa arus ke laut," ujarnya.