Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Kekeringan, 32 Ribu Hektar Lahan di Wonogiri Tidak Bisa Ditanami

Kompas.com - 02/10/2023, 19:25 WIB
Muhlis Al Alawi,
Khairina

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.com-Lahan seluas 32 ribu hektar lahan pangan pertanian berkelanjutan (LP2B) di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah tidak bisa ditanami menyusul kekeringan yang berkepanjangan dampak El Nino.

Padahal sebelumnya, memasuki bulan Oktober, biasanya lahan tersebut sudah ditanami petani pada masa tanam pertama di Kabupaten Wonogiri.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo yang dikonfirmasi Kompas.com, Senin (2/10/2023) menyatakan dampak El Nino menjadikan kekeringan terus berkepanjangan di Kabupaten Wonogiri.

Baca juga: Kekeringan di Bukit Menoreh Meluas, Delapan Dusun Minta Bantuan Air Bersih

 

Akibatnya sumber air yang menjadi andalan petani seperti embung dan waduk mengering total.

“Lahan seluas 32 ribu hektar LP2B tidak bisa ditanami musim ini karena kekeringannya luar biasa. Waduk dan embung yang biasa mengairi sawah itu mengering total karena bencana kekeringan tahun ini,” ujar pria yang akrab disapa Jekek ini.

Jekek mengatakan memasuki bulan Oktober biasanya petani sudah melakukan musim tanam pertama. Namun saat ini para petani tidak dapat bercocok tanam lantaran ketiadaan air.

“Dengan adanya siklus El Nino pada akhirya terjadi kemarau panjang. Bulan ini yang semestinya sudah masa tanam pertama, maka di hampir 32 ribu hektar sawah kami itu tidak bisa memanfaatkan dengan baik karena ketiadaan air. Embung-embung kami kering semua,” jelas Jekek.

Baca juga: Dilanda Kekeringan, 2 Hektar Persawahan Lembor Manggarai Barat Terbakar

Kendati tak bercocok tanam pada masim tanam pertama, Jekek memastikan stok pangan warganya masih aman. Ia mengklaim petani di Kabupaten Wonogiri memiliki manajemen pengelolaan pangan yang baik.

Selain memanfaatkan lahan produktif untuk ditanami tembakau, petani di pedesaan masih banyak menyimpan panen padi hasil musim tanam sebelumnya. Kondisi dapat terlihat dari potret pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonogiri yang tumbuh 5,3 persen.

Pantau pasar

Agar tidak terjadi penimbunan bahan makanan seperti beras, minyak dan gula, Jekek menyatakan Pemkab Wonogiri bersama satgas pangan terus memonitoring pergerakan bahan makanan di pasaran.

“Kami melakukan monitoring biar tidak terjadi penimbunan dan spekulan yang memanfaatkan momentum ini. Kami bekerjasama dengan Polri, TNI dan satgas pangan,” kata Jekek.

Untuk intervensi penurunan harga bahan makanan di pasaran, Jekek menyebut hal itu menjadi otoritas Pemprov Jateng. Salah satunya dengan menggelar operasi pasar guna menekan kenaikan harga bahan makanan.


Soal harga beras yang makin naik meski daerah dinyatakan surplus beras, Jekek mengatakan hal itu tidak berdampak di pedesaan. Masyarakat pedesaan memiliki stok panen dan lumbung pangan dari hasil panen sebelumnya.

Begitu dengan keluhan pemilik usaha kuliner yang sepi, Jekek menyebut hal itu terjadi lantaran kenaikan harga bahan makanan di pasaran.

Untuk itu, warga sebagai konsumen banyak memfokuskan penghasilannya untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Regional
Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Regional
Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Regional
Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Regional
352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Regional
Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Regional
Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Regional
Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com