Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Masyarakat Enggano Bertahan Hidup di Laut dan Darat

Kompas.com - 04/08/2023, 11:32 WIB
Firmansyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Pulau Enggano, pulau terluar di Provinsi Bengkulu ditempati oleh enam suku bangsa, yakni Kauno, Kaitora, Kaarubi, Kaaruba, Kaahoao, dan Kaamai (pendatang).

Dalam catatan sejarah, pulau ini mulai ditempati manusia sekitar tahun 1500-an. Dahulu, perang antar-suku yang merebutkan wilayah terjadi di sini.

Pertempuran antar-suku berakhir saat Pulau Enggano dikuasai Belanda, dengan terbitnya perjanjian Barharu tanggal 23 April 1908. Perjanjian Barharu ditandai dengan berdirinya tugu perdamaian di Desa Malakoni dan pembentukan ikatan persaudaraan yang dinamakan Paano’a.

Kini, masyarakat Pulau Enggano harus berperang melawan perubahan iklim dan teknologi untuk bertahan hidup.

Baca juga: UMKM Pulau Enggano Mengeluh Tak Dapat Nikmati Layanan KUR

Bagi mereka, laut adalah ladang nafkah untuk bertahan hidup. Banyak hasil laut yang mereka tangkap seperti ikan, lobster, tiram, kepiting bakau, yang semuanya memiliki nilai ekspor.

Namun, perubahan iklim, ledakan penduduk, dan pemanasan global memengaruhi hasil tangkapan laut. Hal ini semakin diperparah dengan teknologi alat tangkap yang tidak sesuai dengan kondisi alam.

"Kapal kami hanya di bawah 5 GT, alat tangkap kami mash jaring, pancing. Kalah dengan alat tangkap nelayan modern," kata Alamudin Kepala Desa Kaana.

Menurut Alamudin, agar hasil tangkapan laut melimpah, SDM nelayan dan teknologi harus ditingkatkan.

"Dahulu nelayan tak perlu pergi jauh ke tengah laut mencari tangkapan karena hasil laut masih melimpah. Sekarang perjuangan di laut membutuhkan bantuan teknologi canggih. Kami kalah. Saat ini hanya bisa bertahan saja," ungkapnya.

Tantangan angin tenggara

Kondisi semakin buruk saat angin tenggara datang berbulan-bulan, mengakibatkan nelayan tidak bisa melaut dan harus memutar cara bertahan hidup di pulau dengan luas 4.000 kilometer persegi itu.

Saat angin tenggara datang, warga beralih ke darat. Berkebun pisang, mengolah kelapa, jengkol, melinjo, serta bisnis lainnya.

Mencari nafkah di darat tentu tak luput dari persoalan. Jalur transportasi ke luar pulau menjadi "badai" paling berat.

Ada kapal ferry dan pesawat udara perintis beroperasi dua kali seminggu. Kendala transportasi jadi momok menakutkan hasil pertanian tak bisa diangkut ke luar pulau karena kapal laut juga terpengaruh badai.

"Ratusan ton pisang membusuk di dermaga sering kami alami, ikan juga membusuk karena pabrik es tidak ada. Terpaksa dibuang sia-sia kalau membusuk," ungkap Diki warga Enggano lainnya.

Baca juga: Kisah Zakaria Bisnis Minyak Kelapa, Produksi 200 Liter Per Hari untuk Pulau Enggano

Penguatan pangan di pulau menjadi perhatian mengutama saat ini tersapat 300 hektare sawah tadah hujan menopang pangan warga pulau namun irigasi rusak. Masih ada 800 hektare potensi lahan yang dapat diolah bila irigasi membaik.

"Tahun 1970 irigasi bagus sekarang sudah rusak tak mampu airi persawahan," ungkap warga lain.

Ada banyak persoalan kemanusiaan yang membutuhkan penanganan semua pihak termasuk swasta dan pemerintah.

Angkutan kapal barang, angkutan kapal penumpang dengan jadwal yang disiplin tentu saja mengemuka saat anggota DPR RI Komisi XI Susi Marleny Bachsin berdialog dengan warga pulau.

"Persoalan-persoalan ini akan kami diskusikan dengan kementerian terkait. Kami akan petakan penanganannya dari hulu ke hilir," pungkas Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Orang di Dompu Dilarikan ke Puskesmas Usai Digigit Anjing Diduga Rabies

8 Orang di Dompu Dilarikan ke Puskesmas Usai Digigit Anjing Diduga Rabies

Regional
Kapal Terbakar dan Terdampar di Wakatobi, Polisi: Kami Sudah Menghubungi Owner-nya

Kapal Terbakar dan Terdampar di Wakatobi, Polisi: Kami Sudah Menghubungi Owner-nya

Regional
Ini Daftar 90 Caleg DPRD Kabupaten Serang dan Cilegon Terpilih

Ini Daftar 90 Caleg DPRD Kabupaten Serang dan Cilegon Terpilih

Regional
Siswa SMP di Aceh Curi Sepeda Motor Polisi, 'Sparepart' Dibongkar lalu Dijual

Siswa SMP di Aceh Curi Sepeda Motor Polisi, "Sparepart" Dibongkar lalu Dijual

Regional
Presiden Jokowi Cek Harga Sembako Saat Kunjungi Pasar Seketeng Sumbawa

Presiden Jokowi Cek Harga Sembako Saat Kunjungi Pasar Seketeng Sumbawa

Regional
Copot Pegawai yang Terlibat Perdagangan Satwa Ilegal di Kalimantan, Bea Cukai: Ini Tidak Terkait Instansi

Copot Pegawai yang Terlibat Perdagangan Satwa Ilegal di Kalimantan, Bea Cukai: Ini Tidak Terkait Instansi

Regional
Janjikan Rp 200.000 ke Pemilih, Caleg di Dumai Divonis 8 Bulan Penjara

Janjikan Rp 200.000 ke Pemilih, Caleg di Dumai Divonis 8 Bulan Penjara

Regional
Sah! Ini Daftar Nama Anggota DPRD Kabupaten Purworejo 2024-2029

Sah! Ini Daftar Nama Anggota DPRD Kabupaten Purworejo 2024-2029

Regional
Hakim Tolak Gugatan Wanprestasi Almas Tsaqibbirru kepada Gibran

Hakim Tolak Gugatan Wanprestasi Almas Tsaqibbirru kepada Gibran

Regional
Gelora Tak Ingin PKS Gabung Koalisi Prabowo, Gibran: Keputusannya Tunggu Pak Presiden Terpilih

Gelora Tak Ingin PKS Gabung Koalisi Prabowo, Gibran: Keputusannya Tunggu Pak Presiden Terpilih

Regional
Sukseskan PON 2024, Pemprov Sumut Manfaatkan TI untuk Pendaftaran hingga Logistik

Sukseskan PON 2024, Pemprov Sumut Manfaatkan TI untuk Pendaftaran hingga Logistik

Regional
2 Caleg PDI-P Magelang Mengundurkan Diri meski Terpilih Pemilu, Siapa Mereka?

2 Caleg PDI-P Magelang Mengundurkan Diri meski Terpilih Pemilu, Siapa Mereka?

Regional
Daftar 100 Caleg DPRD Banten Terpilih Hasil Pemilu 2024

Daftar 100 Caleg DPRD Banten Terpilih Hasil Pemilu 2024

Regional
Bupati dan Wabup Daftar Pilkada Ogan Ilir 2024 di 7 Partai Politik

Bupati dan Wabup Daftar Pilkada Ogan Ilir 2024 di 7 Partai Politik

Regional
Saat Pratama Arhan Kembali Tersenyum Usai Indonesia Ditekuk Uzbekistan...

Saat Pratama Arhan Kembali Tersenyum Usai Indonesia Ditekuk Uzbekistan...

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com