PEKALONGAN, KOMPAS.com - Badan Geologi melakukan pemantauan penurunan tanah di wilayah Pekalongan, Jawa Tengah.
Fenomena ini ternyata dapat berdampak pada kehidupan sosial masyarakat sekitar, mulai dari tertutupnya akses jalan, kerusakan bangunan, hingga ancaman mata pencaharian.
Badan Geologi telah membangun 10 Stasiun Pengamatan Permukaan Tanah (SPPT) di Kota dan Kabupaten Pekalongan.
Dari beberapa titik lokasi, beberapa di antaranya telah berdampak signifikan, seperti yang terjadi di Stadion Hoegeng yang dinilai salah satu penurunan tanah tertinggi di wilayah Pekalongan.
Dari data yang didapat Badan Geologi, sejak pemantauan yang dilakukan periode 2020 hingga 2023 dengan melakukan pengeboran teknis, Badan Geologi menilai penurunan tanah di Stadion Hoegeng telah mencapai 180 milimeter dalam kurun waktu tiga tahun itu.
"Dari data yang ada itu sudah 180 mm, itu tiga tahun, pertahun itu jatuhnya sekitar 55 mm," ucap Ketua Tim Infrastruktur Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, William Pradana Solulu yang ditemui di lokasi pengeboran, Minggu (30/7/2023).
Penurunan tanah juga terjadi di daerah Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara. Wilayah yang awalnya difungsikan sebagai tambak dan permukiman warga, kini terendam air laut.
Air tersebut menggerus kediaman warga, sehingga tak sedikit warga yang mengungsi dan meninggalkan rumahnya. Air rob dan penurunan tanah memperparah keadaan lokasi itu.
Hingga Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) bahkan membuat tanggul guna menahan air laut naik kedaratan.
Lokasi terendam di sekitar tanggul kini menjadi salah satu tempat warga untuk memancing ikan dengan alat pancing maupun dengan bantuan perahu.
"Dulunya tambak sekarang jadi pantai. Masih ada rumah yang ditinggalkan karena tidak mampu untuk urug rumah, maka saya juga sempat ngobrol ternyata rumah ini dibiarkan juga masih berkaitan dengan mata pencaharian," ucap William.
William menjelaskan, pihak Geologi belum dapat menyimpulkan faktor utama penyebab penurunan tanah di beberapa wilayah Pekalongan, lantaran masih tahap pengkajian.
Dijelaskan bahwa penurunan tanah bisa berdampak pada putusnya akses jalan yang dapat mempengaruhi perekonomian suatu daerah atau wilayah, merusakan bangunan di sekitarnya, hingga mengubah mata pencaharian warga.
"Dampaknya bangunan rusak, ada perubahan mata pencaharian mungkin dia petani jadi tambak, tambak kelelep lagi, kalau bisa ya jadi nelayan, tapi kalau gak, ya ilang pekerjaanya. Itu memang dampak paling besar tapi lambat prosesnya," ucap William.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.