REMBANG, KOMPAS.com - SMK Negeri 1 Sale Rembang akhirnya buka suara terkait adanya pungutan liar berkedok infak yang ditarik dari para murid oleh pihak sekolah.
Kepala SMKN 1 Sale, Widodo mengatakan adanya infak yang ditarik dari iuran para wali murid merupakan inisiatif dirinya dan pihak komite. Hal ini karena belum adanya tempat ibadah di sekolah tersebut.
"SMK Sale dari total 550 siswa kan belum punya sarana tempat ibadah mushala. Dan itu inisiatif saya dengan komite mengumpulkan wali-wali murid. Dan kita ceritakan semenjak awal sampai 2022 itu belum punya mushala. Jadi saat shalat dzuhur dan ashar itu kita masih dompleng di SMP," ucap Widodo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/7/2023).
Baca juga: Ganjar Temukan Pungli Berkedok Infak di SMK Negeri di Rembang, Disdikbud Jateng Turun Tangan
Dia mengakui hal tersebut bertentangan dengan aturan tapi tetap dijalankan karena kebutuhan di lapangan.
"Terus ditawarkan ke wali murid untuk membahas mushala itu. Dan ternyata mereka responsnya bagus. Tapi dengan aturan yang ada kan bertentangan, cuma komite melihat kondisi riil di lapangan memberanikan diri," imbuh dia.
Widodo menjelaskan infak senilai Rp 300 ribu tersebut bukan merupakan uang gedung tetapi uang untuk pembangunan mushala.
"Itu pun tidak mengikat sifatnya. Kalau mereka ada lebih boleh, tidak Rp 300 (ribu), bisa lebih. Kalau misalkan mereka sanggupnya kok hanya Rp 200 (ribu) atau Rp 100 (ribu), silakan. Dan itu pun kita klasifikasi, yang memang benar-benar tidak mampu bayar, kita data dan tidak diwajibkan untuk membayar iuran," katanya.
Menurutnya, dari total 550 siswa di SMK tersebut, ada sekitar 74 siswa yang tidak membayar infak karena masuk kategori sebagai siswa tidak mampu.
Dia mengatakan meski telah menarik infak untuk pembangunan mushala tetapi dananya belum mencukupi. Pasalnya, anggaran pembangunan mushala sekitar Rp 260 juta. Sedangkan infak dari para wali murid yang sudah terkumpul baru sekitar Rp 130 juta.
Selain infak dari para wali murid, pihak sekolah juga telah mendapatkan bantuan sebesar Rp 50 juta dan sumbangan material dari perusahaan-perusahaan tambang di sekitar sekolah.
"Mushalanya belum jadi. Ini masih sekitar 70-an persen, belum ada atap, belum keramikan dan belum ada jendelanya," kata dia.
Setelah kejadian tersebut diketahui oleh publik, pihaknya merasa sedih bercampur gembira. Karena banyak orang yang semakin mengetahui kondisi riil dari SMKN 1 Sale yang masih kekurangan sarana dan prasarana.
"Sarprasnya kekurangan, termasuk mushala, bengkel mobil belum punya, ruang kelas. Kita punya 19 kelas Rombel tapi baru punya 9 ruangan. Kemudian perpustakaan," jelas dia.
"Harapannya pihak pemerintah saat ada aturan atau kebijakan bisa melihat kondisi riil di lapangan, banyak SMK Negeri yang masih belum punya sarana prasarana yang memenuhi," imbuh dia.
Baca juga: Siswa SMKN Curhat Dugaan Pungli Berkedok Infak, Ganjar: Nah, Ini Ketahuan
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo menerima aduan dugaan praktik pungutan liar (pungli) berkedok infak di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).