PURWOKERTO, KOMPAS.com- Tak ada yang menyangka jika sampah rumah tangga yang kita hasilkan setiap hari ternyata masih memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Bahkan, jika dikelola dengan tepat, limbah yang selama ini menjadi sumber musibah rupanya dapat disulap menjadi gelimang berkah.
Adalah Supriyanto dan Suciatin, sepasang suami istri asal Banyumas, Jawa Tengah yang berjuang memprakarsai program ajaib: ‘tukar sampah dengan emas’ di Bank Sampah Srayan Makarya.
Baca juga: Penjahit Ini Bidan Puluhan Bank Sampah di Gunungkidul
Melalui tangan dinginnya, bank sampah yang semula hanya digelar sederhana di garasi rumah itu dapat menjadi motor perubahan bagi ratusan keluarga di Kelurahan Bobosan, Kecamatan Purwokerto Utara.
Srayan Makarya, kata Suciatin, tercetus pada tahun 2018. Kala itu, terjadi wabah demam berdarah yang menjangkit sedikitnya enam warga di lingkungan RT 001 RW 002.
Kemunculan wabah ini terjadi tak lepas dari pola hidup warga yang abai terhadap kebersihan lingkungan. Banyak sampah yang dibiarkan tercecer begitu saja sehingga menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
“Sejak terjadi wabah, kelompok dasawisma akhirnya tergerak untuk rutin kerja bakti, lalu tercetuslah ide bank sampah dengan harapan bisa mengatasi permasalahan lingkungan di sini,” kata Suciatin ketika berbincang dengan Kompas.com, Minggu (9/4/2023).
Jenama Srayan Makarya, kata Suciatin, diambil dari bahasa Jawa yang artinya bekerja bersama. Semangat kebersamaan ini yang kemudian coba ditularkan Suciatin kepada warga lain melalui media sosial (medsos).
Sekecil apapun kegiatannya, mulai dari memilah sampah di rumah, meracik kompos, hingga update buku tabungan anggota, satu-persatu dipotret dengan apik lalu diunggahnya ke berbagai platform digital.
“Dari postingan-postingan itu, warga lain akhirnya menilai jika bank sampah ini digarap serius dan mulai memberi apresiasi positif,” ujarnya.
Baca juga: Bank Sampah di Kulon Progo ini Suplai Plastik Kresek untuk Bikin Aspal
Tak hanya itu, medsos bank sampah yang ia kelola juga menjelma menjadi ‘polisi sampah’ bagi warga kampung bobosan. Setiap warga yang lingkungan rumahnya kedapatan berserakan sampah akan diunggah ke medsos lalu ditandai ke otoritas RT setempat.
“Gerakan ini kami lakukan secara kolektif dan konsisten sehingga masyakarat takut dengan sanksi sosial dan makin terikat dengan kebersihan lingkungan masing-masing,” bebernya.
Namun visi utama bank sampah, kata Suciatin, tidak berhenti pada soal menjaga kebersihan lingkungan saja. Lebih dari itu, bank sampah ada untuk merevolusi pola pikir warga akan pentingnya pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga.
Upaya merubah pola pikir ini bukanlah perkara mudah.
Tantangan persaingan harga dengan tukang rongsok keliling hingga menggugat pola kebiasaan warga membayar jasa pengangkut sampah menjadi dalih yang jamak dijumpai.
“Masyarakat cenderung mencari praktis, mereka merasa dengan membayar iuran Rp 20.000 per bulan sudah menyelesaikan masalah. Padahal faktanya, sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menumpuk di TPU dan akhirnya menimbulkan dampak ekologis bagi kita juga,” terangnya.
Untuk menjawab tantangan itu, para pengurus Srayan Makarya berpikir keras mencari sebuah terobosan. Mau tidak mau, bank sampah juga harus berubah. Pola konvensional yang selama ini dikenal harus dikemas ulang dengan cantik sebagai nilai tambah agar warga tertarik menjadi anggota.
Gayung bersambut, melalui kampanye di medsos, Srayan Makarya terhubung dengan berbagai pihak yang menawarkan kolaborasi, satu di antaranya adalah PT Pegadaian (Persero).
“Pegawai Pegadaian survei beberapa kali ke bank sampah kami, hingga pada tahun 2019 mereka memberikan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sejumlah Rp 131.109.000 untuk membangun gedung kantor sekaligus peralatan operasional,” ujarnya.
Selain itu, Pegadaian juga menggandeng Srayan Makarya menjadi mitra program ‘Memilah Sampah Menabung Emas’. Program ini menjadi magnet kuat bagi warga setempat untuk mulai terlibat. Pasalnya, poin utama program ini adalah mengonversi uang hasil tabungan bank sampah menjadi emas sebagai invetasi para anggota.
“Program kolaborasi ini yang akhirnya menjadi daya tarik sekaligus pembeda bagi Bank Sampah Srayan Makarya. Di Banyumas Raya, cuma bank sampah kami yang bisa tukar sampah jadi tabungan emas,” terangnya.