Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kuli Ngepok Batu Bara di Lebak Banten, Sudah Ada sejak Zaman Jepang

Kompas.com - 17/03/2023, 10:00 WIB
Acep Nazmudin,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Permukiman di Kampung Pasir Kanyere, Desa Cimandiri, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, siang itu tampak lengang. Sebagian besar rumah pintunya tertutup.

Sekilas, kampung ini seperti permukiman warga pada umumnya. Rumah-rumah berjejer di pinggir jalan poros desa. Bangunannya ada yang sudah tembok, sebagian lagi masih separuh bilik bambu.

Di beberapa sudut ada gundukan hitam. Gundukan ini sudah terlihat sejak masuk ke muka desa, tapi jumlahnya makin banyak saat terus masuk ke dalam kampung.

Baca juga: Cinta Talis pada Pekerjaan Kuli Panggul meski Bayaran Tak Sebanding dan Badan Kerap Sakit

Gundukan tersebut adalah batu bara. Konon katanya salah satu hasil bumi yang membuat Jepang menjajah Banten bagian selatan termasuk di Kecamatan Panggarangan yang saat itu masih menjadi bagian dari Bayah.

Gundukan batu bara tersebut berasal dari tambang mikro yang dikelola oleh warga. Batu bara dikeluarkan dari perut bumi, lalu dibawa ke titik pengumpulan oleh para Kuli Ngepok, sebutan untuk buruh pengangkut batu bara.

Satu di antara Kuli Ngepok di Kampung Pasir Cikanyere adalah Roni (23) yang sudah menggeluti profesi selama sembilan tahun.

“Dari umur 12 tahun sudah ngepok batu bara, dulu diajari bapak,” kata Roni ditemui Kompas.com di sela-sela aktivitasnya ngepok batu bara, Kamis (16/3/2023).

Kuli Ngepok Batu bara di Kampung Pasir Kanyere, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Kamis (16/3/2023).KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Kuli Ngepok Batu bara di Kampung Pasir Kanyere, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Kamis (16/3/2023).

Kata dia, profesi kuli ngepok ini sudah dilakukan turun temurun, bahkan dia bilang sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Hal tersebut dia ketahui dari cerita kakeknya yang menjadi buruh batu bara saat Jepang menduduki Bayah.

Namun berbeda dengan sekarang yang menggunakan sepeda motor, jaman kakeknya, ngepok dilakukan dengan cara dipanggul.

Roni mengatakan, saat ini, tidak semua orang bisa menjadi Kuli Ngepok. Butuh kemampuan khusus yang terlatih untuk melakukannya. Kombinasi antara keahlian membawa sepeda motor di medan terjal, kekuatan dan keseimbangan.

“Kalau yang enggak ahli, bisa jatuh dan batu bara berceceran di jalan,” kata dia.

Baca juga: Cerita Porter di Stasiun Bandung, Berjuang Tetap Senyum meski Beban Kerja Berat

Jarak lubang tambang ke titik pengumpulan batu bara sekitar satu kilometer. Dengan medan yang terjal dan curam. Sepeda motor yang digunakan juga dimodifikasi khusus agar bisa melaju di jalur tersebut.

Kompas.com sempat menjajal rute tersebut dengan dibonceng warga lokal menggunakan motor trail. Namun beberapa kali harus turun karena motor kerap oleng atau tidak kuat membawa beban saat di tanjakan.

Namun bagi Roni, rute tersebut mudah saja dilalui, padahal dalam sekali angkut, beban yang dia bawa seberat dua kuintal batu bara.

“Rata-rata bawa dua karung masing-masing satu kuintal tiap satu rit, kalau enggak dipaksa bawa segitu enggak kecapai target harian,” kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Regional
Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Regional
Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Regional
Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Regional
Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Regional
Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Regional
Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Regional
Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Bandara Sam Ratulangi Kembali Dibuka, 25 Pesawat Dijadwalkan Terbang Hari Ini

Regional
Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Tertimpa Tembok Roboh, Kakak Beradik di Ende Tewas

Regional
Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Hadir dengan Tema Niscala, Semarang Night Carnival 2024 Tampilkan 4 Unsur Budaya

Regional
Meriahnya 'Semarang Night Carnival', Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Meriahnya "Semarang Night Carnival", Pamerkan Empat Unsur Budaya di Kota Lumpia

Regional
Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Pengakuan Ibu Potong Tangan Anaknya di Kupang, Merasa Kerasukan Lalu Ambil Pisau

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com