KOMPAS.com - Sebanyak 131 orang meninggal dunia saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/11/2022).
Sementara lebih dari 300 orang luka-luka. Dari 131 korban tewas, sedikitnya 30 korban adalah anak-anak.
Disebutkan korban terbanyak adalah penonton yang panik menyelamatkan diri dan melalui gate 13 Stadion Kanjuruhan.
Baca juga: Pintu 13 Terkunci, Panpel: Mohon Maaf, Oknum yang Menutup
Seorang perempuan dari perwakilan Curva Sud menyebut sempat keluar dari pintu 13 saat pertandingan Arema Vs Persebaya saat memasuki menit ke-85.
Ia kemudian kembali masuk ke dalam stadion saat mendengar ada tembakan gas aair mata. Namun saat akan menyelamatkan diri, ia melihat pintu 13 dari Stadion Kanjuruhan telah dalam kondisi tertutup.
Hal yang sama diceritakan seorang pria dari perwakilan Curva Sud yang mengenakan jaket hitam.
Ia juga sempat keluar dari stadion melewati pintu 13 dan akan kembali masuk saat mendengar tembakan gas air mata.
Baca juga: TGIPF Sebut Pintu 12 dan 13 Tertutup Saat Tragedi Kanjuruhan Terjadi
Namun saat akan masuk, ia melihat pintu tersebut dalam kondisi terkunci daro luar dengan gembok berwarna hitam.
Ia pun mengaku sebagao sosok yang menjebol ventilasi yang berada di samping pintu 13 dari luat agar penonton yang terjebak di dalam bisa keluar.
"Saya yang menjebol (ventilasi di samping) pintu 13 itu. Saya sama tiga orang teman saya," ujarnya.
Ketika berhasil menjebol ventilasi tersebut, pria itu mengaku langsung melihat penonton yang berdesak-desakan ingin keluar.
Saksi ketiga dari Curva Sud yang mengenaka peci hitam juga menceritakan hal yang sama. Ia berencama keluar dari pintu 13 setelah ada tembakan gas air mata dari kepolisian.
Namun karena melihat penonton yang berdesakan, ia memutuskan keluar dari pintu 11.
Baca juga: Petaka di Pintu 13 Kanjuruhan, 2 Orang yang Disayangi Atok dan Elmiati Tak Akan Pernah Kembali...
Ia menangis saat mulai menceritakan kerusuhan di Stadion Kanjuruhan. Sambil terisak, ia mengisahkan puluhan penonton bergelimpangan di Pintu 13.
"Pintu 13, seperti kuburan massal. Banyak anak kecil, korban kebanyakan perempuan. Saya tak kuat," ujarnya dengan suara tercekat.
Saat pertandingan, Eko memilih di luar stadion walau memiliki tiket.
Sesaat setelah peluit tanda akhir pertandingan, ia mendengar tembakan sebanyak lima kali. Ia pun mendengar suara jeritan dan gedoran dari pintu 10.
Di pintu 10, para penonton membuka paksa pintu dan ia melihat puluhan orang lemas serta pingsan.
Ia pun ingat ada banyak suadara dan tetangga yang menonton di Tribune 13 dan ia bergegas menuju ke Pintu 13.
Di sana ia melihat sebagian penonton menjebol ventilasi pada tembok di sampingi pintu agar bisa keluar.
Eko pun berusaha membuka pintu yang terbuat dari besi, namun gagal. Ia segera berlari menemui aparat kepolisian dan TNI yang bertugas untuk meminta bantuan.
Ia juga meminta bantuan petugas medis, namun upayanya sia-sia.
"Tidak dibantu, saya malah nyaris dipukul aparat," ujarnya.
Ia lantas masuk lewat pintu utama dan meminta bantuan petugas dan panitia untuk membantu evakuasi di Pintu 13.
Baca juga: Ditemani Aremania, Persebaya dan Bonek Kirim Doa di Depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan
Eko pun membantu evakuasi korban dari dalam dan sejumlah penonton yang tergeletak diangkat ke dalam ruangan.
"Semua pintu keluar tertutup, kecuali Pintu 14," kata dia.
Sejumlah saksi menyebut, gas air mata diarahkan ke tribun 13 sehingga menyebabkan banyak penonton yang panik menyelamatkan diri untuk keluar melewati pintu 13.