LABUAN BAJO, KOMPAS.com- Sudah belasan tahun Bonafasia Belgia (57) hidup bersama putranya Heribertus Hermanto Agung (15) di gubuk reyot di Kampung Purang Jompa, Desa Repi, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Tak hanya kondisi rumah yang serba terbatas, putranya juga terpaksa putus sekolah lantaran Bonafasia tak memiliki biaya.
"Dia berhenti saat kelas dua Sekolah Dasar (SD). Mau makan saja kami ini susah. Apalagi mau bayar yang sekolah dan keperluan lainnya," ujar mama Bonafasia, Kamis (1/9/2022).
Baca juga: Uji Coba Labuan Bajo untuk Perhelatan Baru 2 Cabor
Bonafasia menjelaskan, dia menenun kain untuk menyambung hidup, sekaligus merawat anaknya.
"Untuk bisa bertahan hidup, saya menenun kain songke. Hasil jual kain songke, saya beli kebutuhan rumah. Pas untuk hidup saja. Untuk lebih dari itu tidak bisa," katanya.
Sang suami telah meninggalkan dirinya sejak belasan tahun lalu.
Praktis, dia pun harus menjadi tulang punggung keluarga.
Baca juga: Moko, Alat Musik Sekaligus Maskawin Suku Abui di Alor NTT