Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Panas Lampung Capai 34,2 Derajat Celsius, Walhi: Masuk 7 Daerah Terpanas di Indonesia

Kompas.com - 06/06/2022, 11:31 WIB
Tri Purna Jaya,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com - Beberapa hari belakangan, suhu udara di Lampung terasa jauh lebih panas dibanding biasanya. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebutkan, Lampung merupakan tujuh daerah terpanas di Indonesia.

Varisha Ramadania (28), warga perumahan di bilangan Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, mengatakan, udara panas mulai terasa setelah pukul 12.00 siang hingga malam hari.

"Kalau pagi sih enggak panas, tapi kalau lewat dari jam 12 siang, wah enggak kebayang panasnya," kata Varisha yang mengaku kipas anginnya selalu menyala sepanjang hari karena panas terik, Minggu (5/6/2022).

Bayu Rinaldy (35), warga Gunung Terang, juga mengatakan, suhu panas lebih terasa beberapa hari ke belakang. Padahal, wilayah sekitar rumahnya termasuk banyak pepohonan.

"Kalau bawa motor itu, wih panas bener. Sampe kayak nempel di tangan panasnya," kata Bayu.

Baca juga: Suhu Dingin dan Air Keruh Jadi Kendala Pencarian Anak Ridwan Kamil yang Hilang di Swiss

Direktur Eksekutif Walhi Lampung Irfan Tri Musri membenarkan bahwa suhu di Lampung memang terasa lebih panas beberapa hari belakangan.

Dia menyampaikan, Lampung berada pada posisi ke-6 dari tujuh daerah terpanas di Indonesia setelah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan keterangan BMKG pada 10 Mei 2022, suhu panas di Lampung mencapai 34,2 derajat celsius.

"Seperti yang kita ketahui, Lampung merupakan wilayah dengan topografi yang berbeda jika dibandingkan dengan Provinsi NTT yang berada pada wilayah Indonesia bagian Tengah," kata Irfan.

Bagi Irfan, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Lampung menjadi wilayah terpanas yang terdapat di pulau Sumatera?

Dia menambahkan, dengan masuknya Lampung ke dalam tujuh daerah terpanas di Indonesia, peristiwa ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan aparat penegak hukum agar menindak tegas penjahat lingkungan dan melakukan upaya-upaya pemulihan lingkungan secara segera.

Baca juga: Suhu Panas Yogyakarta Capai 33.6 Derajat Celcius, Tertinggi Dibandingkan Mei Tahun Lalu

"Belum adanya langkah serius serta komitmen untuk mengatasi kerusakan lingkungan hidup di Lampung dapat kita lihat bersama dengan bagaimana terjadinya pertambangan bukit di wilayah perkotaan yang masif, deforestasi, dan degrasi lahan kawasan hutan," kata Irfan.

Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap perkebunan monokultur yang menimbulkan permasalahan sosial dan lingkungan, kemudian belum adanya penyelesaian pencemaran limbah di pesisir Lampung dan sungai besar yang ada di lampung sejak dua tahun terakhir.

"Ini kemudian mengakibatkan bertambahnya jumlah bencana ekologis dan ancaman krisis iklim di Lampung terlihat semakin dekat," kata Irfan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Regional
Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Regional
Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Regional
Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Regional
4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

Regional
Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Regional
Aksi 'Koboi' Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Aksi "Koboi" Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Regional
Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Regional
Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Regional
Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Regional
Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com