NUNUKAN, KOMPAS.com – Sejumlah kapal penyeberangan Nunukan–Tawau Malaysia di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan Kalimantan Utara, masih nihil penumpang memasuki hari ke-4 dibukanya jalur perbatasan RI–Malaysia.
Padahal, sebelum pandemi Covid-19 terjadi, kapal-kapal tersebut selalu ramai penumpang.
Bahkan dalam sehari, sebanyak lima unit kapal dengan kapasitas mulai 150 hingga 200 penumpang per unit, beroperasi dengan rute tersebut.
Baca juga: Hari Pertama Pembukaan Pintu Perbatasan Malaysia, Pelabuhan Tunon Taka Nunukan Nihil Penumpang
"Insurance yang jadi syarat untuk masuk Malaysia terlalu berat. Awalnya kita semangat dengan pembukaan perbatasan Malaysia, tapi setelah lihat syarat masuknya, kita merasa jadi korban prank, jadi korban PHP (Pemberi Harapan Palsu)," ujar pengelola kapal penyeberangan Nunukan–Tawau, Andi Darwin, Senin (4/4/2022).
Masalah asuransi kesehatan, menjadi persoalan yang butuh pembahasan lebih jauh. Karena pada dasarnya, warga perbatasan RI–Malaysia belum familiar dengan yang namanya asuransi.
Pun demikian, jika masuk Tawau Malaysia diberikan aturan dengan kewajiban memiliki asuransi kesehatan sebagai syarat, akan sangat aneh jika WN Malaysia yang masuk Nunukan, tidak diberikan sarat yang sama.
"Syarat Malaysia itu adalah asuransi yang include dengan Covid-19. Semacam asuransi Allianz, AXA, Prudential, atau IAE. Masalahnya, warga perbatasan berapa orang yang punya?" lanjutnya.
Selain itu, untuk memberangkatkan kapal, tentu pengusaha jasa penyeberangan sudah harus berhitung untung rugi.
Berapa jumlah penumpang yang dimuat dari Pelabuhan Nunukan, dan berapa yang akan diangkut saat kembali, jangan sampai menderita kerugian.
Baca juga: Malaysia Buka Pintu Perbatasan, Pelintas Harus Punya Asuransi Senilai Rp 80 Juta
Tapi kali ini, meski hanya ada 3 unit kapal saja yang beroperasi, masing-masing Nunukan Ekspress, Purnama Ekspress dan Mid East Ekspress, belum ada tanda kapal bisa berangkat untuk melayani penyeberangan antar-batas Negara tersebut.
"Sekarang kita bahkan belum bisa berhitung untung rugi. Masalah lain adalah, warga Malaysia juga belum tahu apa syarat masuk Nunukan. Kami berharap pemerintah segera mensosialisasikan persyaratan itu, seperti Malaysia mengumumkannya secara jelas,’’imbuh Andi Darwin.
Permasalahan lain adalah, Malaysia mewajibkan pendatang mengunduh aplikasi My Sejahtera, yang baru akan terkoneksi selama lima hari.
"Mayoritas penumpang kita di Nunukan adalah pelintas saja. Mereka ke Tawau berdagang, pulangnya bawa belanjaan. Hanya sebatas pulang pergi saja. Sementara, untuk hasil Swab yang diharuskan Malaysia, hasilnya baru keluar empat hari kemudian. Begitu juga dengan aplikasi My Sejahtera yang baru terkoneksi lima hari setelah diunduh," kata dia.
Baca juga: Jokowi: RI Siap Buka Kembali Perbatasan dengan Papua Nugini untuk Pulihkan Perdagangan
Dengan gambaran kondisi tersebut, Andi Darwin juga tidak tahu pasti, kapan kapal penyeberangan Nunukan–Tawau kembali beroperasi seperti biasa.
Sejauh ini, pada empat hari pertama sejak dibukanya layanan penjualan tiket Nunukan–Tawau, belum ada satupun pemesanan.