NUNUKAN, KOMPAS.com – Tahun 2015, menjadi masa berat bagi Agus Salim, Kepala Desa Maspul, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Sejak diangkat menjadi Kades, ia dipusingkan dengan banyaknya kasus narkoba di pulau yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini.
Ia terus mencoba memikirkan solusi praktis untuk memerangi narkoba. Ia selalu mengumpulkan masyarakat, berdiskusi, dan mengajak untuk bersama sama menjaga anggota keluarga dari ancaman narkoba.
"Berat kalau bercerita kondisi saat itu. Desa kita ini tinggal melangkah sudah sampai Malaysia, narkoba masuk dari sana bukan rahasia sampai hari ini. Itu beban moral bagi saya, baik buruknya masyarakat di sana, adalah tanggung jawab saya sebagai Kades," ujar Agus Salim, Kamis (24/3/2022).
Baca juga: Heboh Dugaan Penyelundupan Nibung ke Malaysia, Ini Langkah Nelayan Bagan Sebatik
Sejak memutuskan tinggal di Pulau Sebatik pada 1980, Agus menyaksikan sendiri dampak merusak akibat narkoba seakan menjadi pemandangan sehari hari di wilayah ini.
Sebelumnya, Agus ikut orangtuanya yang bekerja sebagai TKI di Malaysia.
Kekhawatiran Agus terhadap perkembangan dan lingkungan di beranda negeri ini, memantabkan niatnya untuk pasang badan dan membuat perubahan.
"Saya berpikir, saya sudah diberikan amanah dan tanggung jawab dari masyarakat. Sudah disumpah, kalau tidak ada program untuk kebaikan mereka, artinya kita melanggar sumpah jabatan yang kita ucapkan," tegasnya.
Baca juga: Jelang Pilpres, Timor Leste Minta Bantuan Indonesia Awasi Perbatasan
Pada 2015, Nunukan baru memiliki Badan Narkotika Kabupaten (BNK), belum BNNK seperti saat ini.
Bahkan BNK saat itu belum ada program Desa Bersih Narkoba atau Bersinar.
Masuknya narkotika jenis sabu sabu melalui Sebatik, kerap memanfaatkan anak-anak sebagai kurir dengan iming-iming tertentu, yang memicu keprihatinan lain.
Faktor tersebut, membuat Agus segera me-launching program Desa Bersinar.