SEMARANG, KOMPAS.com - Harga gas elpiji nonsubsidi yang naik tajam membuat sejumlah pedagang di Kota Semarang harus kuat mengencangkan ikat pinggang.
Salah satu pedagang mengancam akan menaikan harga atau mengurangi ukuran makanan jika hargaa gas elpiji nonsubsidi harganya tak kunjung diturunkan.
Salah satu Human Resources Development (HRD) Resto Peleburan Semarang, Bekti mengatakan, naiknya gas nonsubsidi saat ini sudah tak masuk akal.
Baca juga: Harga Elpiji di Semarang Mahal, Penjual Kena Marah Pembeli
"Ini sudah menyentuh angka Rp 200 ribu yang ukuran 12 kilogram," jelasnya saat dihubungi, Kamis (10/3/2022).
Menurutnya, gas sudah menjadi kebutuhan pokok bagi restoran. Jika gas elpiji harganya naik, secara otomatis harga makanan juga akan naik.
"Kalau harganya naik, harga makanan pasti juga ikut naik. Soalnya gas itu sudah kebutuhan pokok tak bisa pakai cara lain," katanya.
Meski sampai saat ini pihaknya belum menaikan harga, tak menutup kemungkinan jika restorannya suatu saat bakal menaikan harga jika gas elpiji masih mahal.
"Tidak menutup kemungkinan porsi dikurangi dan harga dinaikkan," keluhnya.
Saat ini restonya sudah tak sanggup lagi membeli gas elpiji nonsubsidi. Pihaknya sudah beralih menggunakan gas elpiji bersubsidi atau gas melon.
"Sudah tak sanggup lagi membeli gas elpiji tabung biru maupun pink ukuran 12 kilogram," katanya.
Saat ini harga elpiji nonsubsidi masih berkisar Rp 140 ribu. Sementara untuk Bright Gas tabung pink harganya menjadi Rp 200 ribu untuk 12 kilogram.
"Kenaikan ini sudah keterlaluan," paparnya.
Baca juga: Curhat Pedagang Soto di Semarang, Sering Tutup karena Sulit Dapat Gas Elpiji
Untung, pemilik rumah makan di daerah Semarang Selatan juga mengeluhkan yang hal sama. Meski mengeluh, dia tak ambil pusing, tiap porsi menu makanan telah dikuranginya sejak sebulan lalu.
"Harus begini, karena pembeli tidak mau kalau harga per porsi dinaikkan," katannya.
Sampai saat ini dia masih menggunakan gas elpiji nonsubsidi ukuran 12 kilogram untuk jualan. "Tapi saya minta pemerintah serius mempebaiki ini," keluhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.