Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramadhan Tahun Ini, Jadwal Imsakiyah Muhammadiyah dan Pemerintah Berbeda 8 Menit

Kompas.com - 11/04/2021, 05:30 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Muhammadiyah memutuskan waktu subuh ditambah 8 menit. Hal tersebut menyusul adanya diskusi di kalangan ulama di Indonesia.

Penentuan waktu terbitnya fajar merupakan faktor penting mengingat berkaitan erat dengan empat jenis ibadah pertama adalah penentuan awal salat subuh, akhir salat witir, awal ibadah puasa, dan terakhir wukuf di Arafah.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menjelaskan di Indonesia sendiri masalah penentuan awal waktu subuh baru muncul sejak kedatangan seorang pendakwah dari Timur Tengah. Pendakwah tersebut heran lantaran azan subuh sudah berkumandang tetapi masih dalam kondisi gelap.

“Akhirnya masalah ini melahirkan perdebatan di kalangan para ahli dan keresahan di hati masyarakat,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (10/4/2021).

Baca juga: Pesantren Waria di Yogya Sambut Ramadhan, Kirim Doa hingga Intensif Belajar Agama

Oleh karenanya, Majelis Tarjih memberikan sumbangan gagasan terkait parameter terbit fajar serta memutuskan dip atau ketinggian matahari berada di -18 derajat di bawah ufuk.

“Hal ini juga menjadi koreksi dari yang sebelumnya -20 derajat berubah jadi -18 derajat. Artinya, waktu subuh yang selama ini dipakai terlalu pagi sekitar 8 menit,” paparnya.

Pandangan ini didukung dengan pandangan mayoritas ulama ahli astronomi. Selain itu banyak negara yang menggunakan ketentuan awal waktu subuh pada ketinggian matahari -18 derajat. Negara-negara yang menggunakan -18 derajat sebagai patokan adalah Malaysia, Inggris, Perancis, Australia, dan Nigeria.

Dia menambahkan bahwa penentuan awal subuh harus akurat didasari dengan penelaahan dan teks Al-Quran dan Hadits, maupun realitas objektif alam raya.

“Pada Musyawarah Nasional Tarjih ke-13 tahun 2020, Ulama-ulama Muhammadiyah berkumpul membahas titik ketinggian matahari di bawah ufuk pada saat fajar,” katanya.

Menurutnya persoalan ini tidak terjadi di Indonesia saja tetapi juga di negara lain. Seperti Maroko, yang sejumlah pemudanya melakukan aksi protes dengan cara menyantap makanan di bulan Ramadan pada saat azan subuh berkumandang.

Pihaknya juga telah melakukan sosialisasi terkait adanya perubahan waktu Subuh ini dengan cara mengirim surat pimpinan kepada tingkat wilayah ranting. Tak sampai di situ Muhammadiyah juga sosialisasi melalui tabligh dakwah di masjid.

Imsakiyah 

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jateng Mustain Ahmad yang menyampaikan bahwa pedoman tata cara pelaksanaan ibadah Ramadhan telah diatur oleh Kementerian Agama.

Kendati demikian, menurut Mustaim, pada Ramadhan tahun ini yakni akan ada perbedaan waktu imsakiyah atau waktu yang menunjukkan batas imsak.

"Tahun ini ada yang unik, kalau penentuan hari pertama puasa, kemungkinan besar akan sama, tapi ada yang berbeda pada jadwal imsakiyah, di mana Muhammadiyah telah menetapkan waktu imsak hari pertama puasa itu pukul 04.22, sedangkan Kemenag mengeluarkan jadwal waktu imsak pada pukul 04.14," kata Mustain dalam Rapat Persiapan Bulan Suci Ramadhan di Gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang yang diikuti secara daring, Rabu (7/4/2021), seperti ditulis Antara. 

Baca juga: Selama Ramadhan, Dinkes DIY Gelar Vaksinasi Covid-19 Hanya sampai Siang Hari

Perbedaan waktu imsak itu, lanjut dia, terpaut delapan menit sehingga harus disosialisasikan agar masyarakat paham dan tidak menimbulkan gejolak.

"Ini harus disosialisasikan, jangan sampai nanti timbul persoalan," ujar Mustain.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadwalkan rapat bersama pihak terkait dan sejumlah organisasi Islam untuk membahas adanya perbedaan waktu imsakiyah pada Bulan Suci Ramadhan.

"Nanti Biro Kesra kita minta mengundang MUI, Kemenag, dan ormas Islam untuk rapat membahas ini. Biar semua enak, nanti pelaksanaan di lapangan enak, akan kita tindaklanjuti masukan dari rapat ini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Regional
Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Kilas Daerah
Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Regional
Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Regional
KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

Regional
Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Regional
Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Regional
Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com