Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Stop Dulu Impor dan Hidup Hemat

Kompas.com - 05/09/2018, 15:35 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menyarankan pemerintah untuk menghentikan dahulu impor. Saran itu terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus angka Rp15.000 per dollar Amerika Serikat.

Dedi mengatakan, banyak kebutuhan domestik yang sebenarnya masih bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, tidak harus melalui impor.

Impor yang besar akan mengakibatkan kebutuhan terhadap dollar meningkat. Ini bisa semakin menekan mata uang rupiah. Saya kira stop (impor) dulu,” kata Dedi kepada Kompas.com melalui keterangan tertulis, Rabu (5/9/2018).

Menurut mantan Bupati Purwakarta dua periode itu, alih-alih impor, pemerintah diharapkan menggenjot produksi barang dan jasa dalam negeri. Hal itu penting dilakukan demi memenuhi kebutuhan domestik. Jika mengalami surplus produksi, itu dapat dimanfaatkan untuk peningkatan nilai ekspor.

“Kemampuan produksi domestik seperti industri kecil, perkebunan dan industri kreatif harus dilakukan. Ada dua manfaat, pertama untuk kebutuhan dalam negeri, kedua bisa diekspor. Ada nilai strategis untuk meningkatkan performa fundamen ekonomi kita,” ujarnya.

Baca juga: Sandiaga Sebut Rupiah Melemah karena Impor, Ini Kata Sri Mulyani

Selain menghentikan impor, untuk mengatasi masalah pelemahan rupiah atas dollar AS, Dedi juga menyarankan agar APBN dan APBD dikelola secara efektif untuk mengantisipasi penurunan pendapatan.

Belanja rutin yang tidak menyentuh kebutuhan masyarakat secara langsung harus dikurangi. Dedi mencontohkan, kegiatan seremonial dan rapat-rapat sosialisasi sebaiknya ditunda atau dilaksanakan dengan tanpa biaya.

“APBN dan APBD harus fokus untuk pembiayaan hal-hal yang penting saja. Kurangi kegiatan-kegiatan diskusi dan pengadaan seragam. Ini untuk antisipasi kalau-kalau terjadi penurunan pendapatan,” katanya.

Ubah gaya konsumtif

Saran lain yang disampaikan Dedi terkait masalah pelemahan rupiah atas dollar AS ini adalah untuk mengurangi gaya konsumtif. Pemimpin lembaga negara, para politisi dan keluarganya harus memberikan teladan. Salah satunya dengan mengurangi gaya konsumtif yang selama ini menjadi ciri khas mereka.

“Hidup hemat dan kurangi pelesiran ke luar negeri. Langkah-langkah menebar empati saya kira lebih bagus,” tutur budayawan Jawa Barat ini.

Baca juga: Rupiah Anjlok, Kalla Minta Masyarakat Tak Impor Ferrari, Parfum Mahal, Tas Hermes

Selain itu, Dedi juga mengimbau pengusaha dan pejabat untuk mengurangi kebiasaan "beternak" mata uang dollar.

“Nah, kecintaan terhadap rupiah menjadi penting. Kalau untuk pengusaha mungkin tidak bisa 100 persen karena mereka membutuhkan untuk transaksi usaha. Untuk pejabat, saya kira itu sangat bisa,” katanya.

Kompas TV Pengelola money changer mengaku jumlah warga yang menukarkan dollar ke rupiah lebih banyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com