Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Mesin Penyedot Meledak, 11 Karyawan PT VDNI Dilarikan ke Rumah Sakit

Kompas.com - 16/10/2017, 21:18 WIB
Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com – Dua lokasi penyedot ore nikel atau Electrostatic Presipitator (ESP) milik PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) meledak pada Jumat 13 Oktober 2017.

Akibat insiden itu, 11 karyawan dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bahteramas Kendari untuk mendapatkan perawatan medis. Rata-rata para pekerja mengalami gangguan pernapasan.

Human Resources Development (HRD) PT VDNI, A Chairrillah Wijdan mengatakan, saat insiden terjadi para pekerja tengah melakukan pemisahan antara partikel-partikel debu, gas, dan ore pada nikel tersebut.

Ledakan di perusahaan tambang itu terjadi sebanyak dua kali di hari yang sama yakni pukul 04.00 dini hari dan pukul 08.30 Wita. Ledakan pertama terjadi pada unit empat.

“Tidak ada korban jiwa. Nanti ledakan kedua pada unit lima baru ada sebelas korban yakni para pekerja yang sedang membersihkan sisa material. Mereka mengalami gangguan pernapasan,” kata pria yang biasa disapa Nanang saat dikonfirmasi, Senin (16/10/2017).

(Baca juga: Tangki Mobil di Garasi Meledak, Sebuah Rumah Hangus Terbakar)

Dari 11 pekerja yang dirawat, dokter menyatakan, 10 pekerja sudah diizinkan pulang dan kembali bekerja seperti biasa. Sementara satu pekerja lainnya harus dirawat inap atas nama Yusfandi Paluala.

Terkait penyebab ledakan itu, Nanang menyebutkan, bahwa safety valve tertutup sehingga tekanan melebihi kapasitas yang mengakibatkan ledakan.

"Karena safety valve tertutup dan tekanan masih ada sehingga meledak," terangnya.

Nanung mengaku, belum dapat menghitung secara pasti kerugian materi yang dialami. Namun setiap satu tungku biasanya memproduksi sekitar 100 ton ore nikel sehari dengan nilai kisaran 10.000 dolar AS.

"Dua tungku dan itu sudah tiga hari berhenti. Sementara produksinya jadi sekitar 600 ton ore nikel. Harganya itu sekitar 60.000 dolar," tambahnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com