Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temannya Dipukuli Massa, Penjambret Kabur Naik Angkot, Bayar Pakai Rokok

Kompas.com - 30/08/2016, 08:14 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Melihat temannya sesama penjambret dipukuli warga, Imam Wahyudi (31) kabur dengan menggunakan angkot meski tidak punya uang untuk membayarnya. Ia ditangkap saat pulang ke kosnya.

Peristiwa itu terjadi setelah Imam dan temannya, Puji Hariyanto (30), menjambret tas milik Rizki Rahma Kusumadewi (28) di Jalan Tegalsari, Surabaya, Minggu (28/8/2016) malam.

Imam yang duduk di bangku belakang menarik tas milik korban. Namun, Puji tidak bisa menguasai motor yang dikemudikannya. Kedua pelaku terjatuh dari sepeda motor.

Korban pun berteriak minta tolong setelah tas berisi ponsel dan uang Rp 500.000 berpindah tangan.

Warga yang mendengar teriakan ini langsung mendatangi lokasi. Puji tidak bisa melarikan diri karena tertimpa motor dan jadi sasaran amuk massa.

Adapun Imam lari hingga Wonokromo, meninggalkan temannya di lokasi kejadian. Warga Jatisari, Sidoarjo, itu kemudian naik mikrolet tujuan Porong.

Saat turun dari angkot, Imam membayar dengan empat batang rokok. Sang sopir menolak karena tidak merokok.

"Saya tidak membawa uang. Jadi saya bayar mikroletnya pakai rokok," kata Imam di Mapolsek Tegalsari, Senin (9/8/2016).

Mengira dirinya selamat dari kejaran massa, Imam pulang ke kosnya. Rupanya anggota Unit Reskrim Polsek Tegalsari sudah menunggu di depan kamar kos dan ia pun digelandang ke mapolsek.

"Saya yang mengajak menjambret. Saya butuh uang untuk kebutuhan hidup karena gaji saya tidak cukup," kata Puji.

Kepala Polsek Tegalsari Komisaris Polisi Merjianto mengatakan, kedua tersangka ini sudah menjambret lima kali. Dua kali penjambretan dilakukan di Jalan Kedungdoro, dua kali di Jalan Kedungsari, dan sekali di Jalan Tambaksari.

Mereka selalu menyasar kaum wanita yang berdiri di pinggir jalan atau naik becak.

Sekali beraksi, dua tersangka ini mendapat hasil minimal Rp 500.000. Uang hasil menjambret ini langsung dibagi rata.

"Dalam sehari, bisa beraksi sampai dua kali," kata Moerjianto.

Agar tidak muncul saling curiga, mereka langsung melihat hasil penjambretan setelah jauh dari lokasi. Mereka bertemu lagi pada keesokan harinya untuk menjual barang berharga dan membagi uang hasil penjambretan.

"Mereka membuang tas dan dokumen korban di sungai Jembatan Merah," kata dia. (Zainuddin/Surya Malang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com