Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kacamata Kayu Buatan Mantan Napi Ini Tembus Pasar Eropa dan Amerika

Kompas.com - 12/08/2016, 16:43 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sepintas kacamata itu tidak ada bedanya dengan kacamata hitam pada umumnya. Tetapi jika diamati, kacamata itu ternyata terbuat dari kayu. Engsel yang menyatukan gagang kacamata dengan framenya merupakan bekas rantai sepeda motor.

Kacamata itu merupakan buah tangan mantan narapidana, mantan pecandu narkoba, dan penderita HIV/AIDS. Di bawah binaan Yayasan Sadar Hati, orang - orang yang terpinggirkan secara sosial itu menjadi mempunyai sesuatu yang lebih bernilai.

Direktur Lembaga Yayasan Sadar Hati Muhammad Theo Zainuri (42) mengatakan, ada 10 perajin yang mengerjakan kacamata kayu itu.

Ada 15 model kacamata yang dibuat oleh para perajin. Terdiri dari dua merek, yakni Sahawood dan Bambusee. Kacamata kayu itu sudah menembus pasar internasional, di antaranya ke Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.

Sayang, perajin kacamata kayu itu masih terbatas. Alat yang digunakan juga masih tradisional. Seminggu hanya bisa menghasilkan sekitar 15 kacamata kayu. Sehingga masih belum memenuhi permintaan pasar.

Sementara Yayasan Sadar Hati masih tetap pada prinsip awal. Yakni memberdayakan mantan narapidana, pecandu narkoba, dan penderita HIV/AIDS. "Kalau kita mau rekrut masyarakat umum mungkin banyak. Tapi kami fokus mantan napi, mantan pecandu dan penderita HIV/AIDS," katanya saat ditemui di basecamp Yayasan Sadar Hati, Kota Malang, Jumat (12/8/2016).

Mulanya, pembuatan kacamata kayu itu berasal dari keinginan Yayasan Sadar Hati untuk independen dalam membiayai pembinaan para pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS.

Sebelum membuat kacamata kayu, Yayasan Sadar Hati sudah mencoba banyak produk. Seperti kaos, cindera mata, dan berbudi daya sayur dan ikan. Sayang, produk - produk itu sulit dikembangkan. Hingga akhirnya Yayasan Sadar Hati kedatangan tamu dari Australia dan membawa contoh kacamata kayu sekitar setahun yang lalu.

"Kami mulai belajar (membuat kacamata kayu) terus menerus. Dan teman di Australia terus men-support. Lima bulanan kami mulai bisa," jelasnya.

Selama masih belajar, Yayasan Sadar Hati selalu kedatangan kacamata kayu untuk dibedah dan ditiru cara pembuatannya. Setelah itu, produk buah tangan para pecandu itu ditawarkan kepada sebuah perusahaan Bambusee hingga akhirnya mampu menembus pasar internasional.

"Saat ini kami mau membuat kacamata kayu yang standarnya tersertifikasi Amerika dan Eropa. Jadi lensanya lebih tebal, 2,2 milimeter," ungkapnya.

Biasanya, kacamata kayu itu dijual dengan harga Rp 420.000 hingga Rp 500.000. Namun begitu, Lheo mengaku pihaknya tidak bertujuan komersial semata.

Ia menjelaskan, setiap satu penjualan kacamata kayu, ia mengambil margin 70 persen. 10 persen untuk donasi ke Yayasan Sadar Hati, 30 persen untuk operasional pembinaan dan rehabilitasi para pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS. Sedangkan 30 persen lagi untuk keberlangsungan usaha kacamata kayu tersebut.

Adapun kayu yang digunakan untuk membuat kacamata kayu itu merupakan kayu jati dan sono kelling. Kayu - kayu itu merupakan limbah dari pengrajin mebel. Sedangkan rantai kamrat yang digunakan sebagai angsel merupakan limbah dari bengkel motor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com