Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Abah Udju Ajarkan Suling yang Disebut Haram

Kompas.com - 06/08/2016, 08:19 WIB
Reni Susanti

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com – Djudju Djunaedi atau Abah Udju (68), selain dikenal sebagai pustakawan juga mahir membuat suling. Kemampuannya ini ia peroleh berkat kerja keras.

“Belajar (suling) otodidak. Awalnya saat ngontrol penyadap di PTPN VIII menemukan dapuran tamiang. Ada tujuh dapur,” ujar Abah Udju kepada Kompas.com, Jumat (5/8/2016).

Saat itu ia berpikir, untuk memanfaatkan bambu tamiang menjadi sesuatu yang bernilai jual. Tamiang tersebut ia tebang dan dikeringkan. Lalu ia mencoba membuat suling dan selalu gagal, tak ada suara indah dari suling yang dibuatnya.

Tak patah semangat, Abah Udju pun berkunjung ke Kebon Binatang Bandung. Di sana ia membeli empat jenis suling, yakni degung, cianjuran, kawih, dan dangdutan.

Sesampainya di Purwakarta, ia perhatikan suling tersebut. Ia membuat pola suling, termasuk memaksimalkan pola nada suling. Ia pun berhasil mengeluarkan melodi indah.

“Abah masukin suling ke sekolah di Darangdan. Ada yang menerima, ada juga yang tidak,” ucapnya.

Suling Abah Udju diterima di salah satu SD di Darangdan. Selain menjual secara kredit, ia pun mengajarkan anak-anak SD cara memainkannya.

“Hari pertama lancar, hari kedua juga lancar, sampai anak bisa memainkan sebuah lagu. Tapi di hari ketiga, anak-anak pada diam, suling pun tidak dibawa,” tuturnya.

Ia menanyakan alasan anak-anak tidak membawa sulingnya, tapi anak-anak tidak menjawab. Ia pun menceritakan, sebagai anak yang suka mengaji, ketika ada yang bertanya maka harus menjawab.

“Anak-anak akhirnya menjawab. Teu kengeng ku pak ustadz da suling teh haram. Sing saha nu niup suling dilaknat ku Allah (tidak boleh sama pak ustaz, karena suling haram. Siapapun yang meniup suling tidak disukai Allah,” ucapnya.

Tanpa pikir panjang, Abah Udju pun meninggalkan bisnis penjualan suling ke sekolah. Padahal saat itu, belum semua suling dibayar.

“Kan dijual secara kredit. Dari 150 yang dijual, paling baru 50 nya yang kembali (uang),” imbuhnya.

Namun kini, Abah Udju mendapatkan penghasilan dari keahliannya. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengangkatnya menjadi Tenaga Harian Lepas (THL) dengan gaji Rp 2,5 juta.

Nantinya ia akan berkantor di Pendopo Kabupaten Purwakarta dengan tugas utama membuat dan mengajarkan suling pada masyarakat.

“Yang mau belajar suling silahkan datang ke Pendopo ke Abah Udju. Pada hari kerja Abah Udju jadi pengajar suling dan pada hari Minggu tetap jadi pustakawan keliling,” tuturnya.

Abah Udju dikenal sebagai pustakawan yang menjalankan perpustakaan kelilingnya selama 28 tahun tanpa dibayar. Atas baktinya, ia menerima sejumlah penghargaan seperti Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional, Universitas Padjadjaran, Pemkab Purwakarta, dan lainnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com