Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbaring Sejak Lahir, Novita Tidak Dirujuk

Kompas.com - 26/03/2014, 14:21 WIB
KOMPAS.com - Usianya sudah 15 tahun, tetapi Novita Sari sejak lahir hanya bisa terbaring di dalam rumahnya. Tubuhnya yang kaku membuat ia tidak dapat menggerakkan semua anggota badannya. Namun, sesekali tubuh berbalut kulit itu menggelinjang.

Kondisi fisik Novita memang menyedihkan. Jemari kanannya lebih banyak tergenggam kuat, sedangkan jemari kirinya terbuka kaku. Kaki kiri dan kanannya menyilang dan sulit dikembalikan pada posisi normal.

Kondisi itu diperparah dengan kemampuan komunikasinya yang terbatas. Ia hanya bisa merespons keadaan sekitar melalui rengekan dan raut muka. Sesekali terdengar suara dengkuran keras.

Hari-hari Novita dihabiskan di dalam rumah berukuran 5 meter x 10 meter berdinding anyaman bambu yang terletak di Desa Kalirejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran.

Di ruang tamu rumah sederhana tersebut, ia kerap tidur hanya beralaskan kasur lipat untuk menahan dinginnya lantai semen rumahnya. Baru pada malam, Novita tidur beralaskan kasur pegas baru pembelian orangtuanya.

Novita tinggal bersama neneknya, Isminah (86), dan ibunya, Sujinah (40). Sementara ayahnya, Boimin (41), yang bekerja sebagai buruh bangunan, selalu bekerja di wilayah lain dan hanya pulang seminggu sekali.

Sujinah seorang buruh cuci dengan upah Rp 300.000 per bulan. Selama ditinggal ayah ibunya bekerja, Novita dijaga dan dirawat Isminah. Saat dikunjungi Kompas, beberapa waktu lalu, Isminah sedang menyuapi Novita dengan sepiring nasi kecap dan lauk kuning telur yang direbus.

Dengan penuh sabar, Isminah merawat cucunya. Sesekali ia mencium pipi dan kening Novita. ”Kalau bukan karena ada nyawa di dalam tubuh anak ini, saya pasti tidak mau merawatnya. Dia ini manusia, sama seperti saya,” ujar Isminah dalam bahasa Jawa yang kental.

Isminah menuturkan, sejak lahir, kedua orangtua Novita sama sekali tidak pernah memeriksakan kelainan fisik yang dialami anaknya kepada dokter. Pelayanan medis yang diterima Novita sebatas pemeriksaan mantri di lingkungannya. Itu pun saat Novita terkena diare, sembelit, masuk angin, atau flu.

Mahluk halus
Kedua orangtuanya meyakini, anaknya diganggu makhluk halus. Hal itu sangat disayangkan Isminah.

”Saya heran, setiap hari sudah saya beri makan dan minum susu, tetapi kenapa yang masuk ke tubuhnya tidak pernah jadi daging. Kalau tidak sakit, cucu saya ini pasti terlihat cantik,” kata Isminah terisak.

Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Pesawaran hanya memberi santunan Rp 300.000 per bulan yang dibayarkan setiap empat bulan sekali.

”Uang bantuan itu hanya cukup untuk membeli kebutuhan makanan dan susu. Itu memang cukup membantu karena kalau hanya mengandalkan upah dari saya dan suami, pasti tidak cukup,” ujar Sujinah.

Saat ini, Komunitas Berbagi Cinta Lampung sedang berupaya meyakinkan keluarga Novita mengenai kesehatan anaknya. Dengan demikian, kedua orangtua Novita mengizinkan anaknya dibawa ke rumah sakit untuk diobati.

”Kendati percaya dengan hal-hal di luar nalar, sebenarnya ada keinginan orangtua Novita membawa anaknya ke rumah sakit. Namun, keluarga ragu tidak bisa membiayai pengobatan, termasuk setelah keluar rumah sakit,” ujar anggota Komunitas Berbagi Cinta Lampung, Virda Altaria Putri. (GER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com