Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Tebu Rakyat Merosot

Kompas.com - 03/05/2011, 15:58 WIB

MADIUN, KOMPAS.com - Hujan berkepanjangan mengakibatkan kualitas tebu rakyat di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dan sekitarnya pada musim tebang 2011 ini turun. Produktivitas tanaman tebu turun hingga lebih dari 30 persen per hektar, sedangkan rendemen tebu jatuh hingga ke level 4,9 persen.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Dewan Pengurus Cabang Wilayah Kerja Pabrik Gula (PG) Rejo Agung Baru, Suwandi, Selasa (3/5), mengatakan, produksi tebu yang rata-rata pada 2010 mencapai 1.100 kuintal per hektar, saat ini turun menjadi 700 kuintal per hektar. Di tanah pertanian berpasir, produktivitas rata-rata masih 800 kuintal per hektar.

Pabrik Gula Rejo Agung Baru menghimpun petani tebu di kabupaten-kabupaten Madiun, Nganjuk, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, dan Kota Madiun. Total luas areal tanaman tebu yang terdaftar pada musim giling tahun ini 5.000 hektar.

"Sejak tanaman tebu tumbuh hingga tanaman tebu siap tebang saat ini, terus diguyur hujan. Hujan terus-menerus mengakibatkan kadar air di dalam batang tebu tinggi," ujar Suwandi, saat ditemui di sela-sela acara giling perdana, PG Rejo Agung Baru, Selasa (3/5).

Kualitas tebu yang masuk ke pabrik umumnya kurang begitu bagus. General Manager PG Rejo Agung Baru, Ambono Wahyudianto, mengatakan rata-rata rendemen riil tebu petani hanya mencapai 4,9 persen. Rendemen ini jauh dibawah rata-rata rendemen pada musim giling tahun 2010 sebesar 5, 9 persen.

Subsidi Rendemen

Walaupun rendemen tebu musim ini jeblok, Ambono Wahyudianto meminta petani tidak pesimis untuk mengirim tebu ke pabrik . Ia menjamin petani yang menyetorkan tebu ke PG Rejo Agung Baru akan mendapat keuntungan. Pihaknya telah menyiapkan subsidi rendemen, sehingga rendemen rata-rata terendah pada musim giling tahun ini ditetapkan menjadi 6,40 persen.

Selain itu, untuk menolong petani tebu pabrik menyiapkan bantuan buruh tebang dan kendaraan untuk mengangkut tebu dari ladang. Biaya tebang dan angkut pada awal Mei ini masih normal yakni Rp 2.500 per kuintal dan Rp 1.500 per kuintal, disesuaikan dengan jarak dari ladang ke pabrik.

Saat ini buruh tebang belum banyak pesanan, karena masa giling PG Rejo Agung Baru dimulai lebih awal dibandingkan dengan pabrik gula yang lain. Tebang pada musim hujan seperti ini dalam kondisi normal menghabiskan biaya yang besarnya dua kali lipat dibandingkan dengan musim kemarau. Salah satu penyebabnya, kendaraan tidak dapat masuk ke sawah karena becek sehingga tebu harus diangkut secara manual oleh buruh.

Ambono mengungkapkan, PG Rejo Agung Baru menargetkan giling 780.000 ton tebu pada musim giling 2011 yang berlangsung selama 156 hari. Produksi gula diperkirakan mencapai 50.000 ton. Adapun sistem bagi hasil ditetapkan 60 persen untuk petani dan 40 persen pabrik gula.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com