Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dari Kampung Kosong di Mentawai

Kompas.com - 05/11/2010, 18:34 WIB

Oleh Rudrik Syaputra

KOMPAS.com — "Mabesik... mabesik, rakekku mabesik (sakit... sakit, kakiku sakit)," jeritan seorang bocah berumur enam tahun yang masih selamat dari gulungan gelombang tsunami di Dusun Munte, Desa Betumonga Pagai Utara, Mentawai, Sumbar.

Jeritan itu begitu jelas terdengar oleh Hendri Saleleubaja (relawan) bersama teman-teman lainnya dari arah perbukitan dusun Munte yang sudah rata dengan tanah itu.

Bocah berbadan kurus itu mengeluh kesakitan. Dia datang menghampiri Hendri saat menelusuri (upaya evakuasi) di perkampungan yang sudah tak berpenghuni itu.

"Bocah kecil itu datang mendekati kami sambil merintih kesakitan sembari meringis," tutur Hendri (21).

Hendri, satu dari 17 pemuda yang bergabung dengan tim relawan kemanusiaan yang pertama, Rabu (27/10/2010), menelusuri dusun-dusun di Mentawai yang dihantam gelombang tsunami.

"Saya tak ingat lagi nama bocah kecil yang diselamatkan itu, tapi setelah ditemukan, langsung dievakuasi ke puskesmas di Sikakap," tutur pemuda berperawakan hitam kekar itu.

Pemuda yang baru pertama kali menjadi relawan kemanusian itu, beserta sejumlah temannya, mendapat tugas untuk mencari dan mengumpulkan mayat. Jasad korban tewas yang ditemukan akan dimasukkan ke dalam kantong mayat oleh tim SAR dan langsung dikubur massal di suatu tempat di Dusun Munte.

"Kami menemukan banyak korban meninggal yang tertumpuk di reruntuhan rumah dan pohon tumbang yang terseret tsunami sampai ke kaki bukit," katanya.

Kesulitan yang dialami pemuda itu beserta relawan lainnya adalah ketika mayat-mayat terhimpit pohon besar, peralatan yang dimiliki sangat terbatas, hanya mengandalkan satu gergaji mesin kecil, selebihnya menggunakan parang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com