Hamka sempat bekerja bersama Rusli menjadi sopir di Jayapura.
"Saya beberapa tahun pernah bersama dia, baik sekali, kalaupun dia mau ngobrol nanti dia ngomong pas ada hal penting saja," terangnya.
Hamka tak menyangka Rusli menjadi korban salah tembak KKB saat bekerja.
"Betul-betul kita merasa kehilangan, kami tidak menyangka orang sebaik dia dapat musibah seperti itu," kata dia.
Sementara itu, Kepala Desa Bulusibatang, Faisal Wahidin, mengatakan istri korban masih terdaftar sebagai warga Jeneponto.
"Kalau istrinya aslinya memang wargaku di Dusun Allu Loe, suaminya (Rusli) asli Desa Kareloe," tukasnya.
Baca juga: TNI Kejar KKB yang Tembak Sopir Angkot di Paniai
Korban dan istrinya kemudian pindah ke Kabupaten Gowa, Sulsel. Selang beberapa tahun, korban merantau sendirian ke Papua Tengah.
"Cuma dia tinggal di Pallangga di Gowa, suaminya berangkat, istri dan anaknya tinggal di Gowa," kata dia.
Sementara itu Kepala Dusun Pabaeng-baeng, Hendrik (37), membenarkan Rusli merupakan warganya yang merantau ke Papua Tengah.
Diduga Rusli menjadi korban salah tembak lantaran terlihat seperti aparat keamanan.
"Kemungkinan dikira intel karena model potongan rambutnya (model cepak)," paparnya, Rabu (12/6/2024).
Postur tubuh korban juga tinggi dan berisi sehingga terlihat seperti anggota Polri atau TNI.
"Memang model rambutnya sering begitu," jelas dia.
Baca juga: Satgas Cartenz Sebut KKB yang Tembak dan Bakar Sopir di Paniai Kelompok Undinus Kogoya
Sebelum ditembak, korban sempat berpapasan dengan temannya sesama sopir bernama Emang.
"Emang dan Rusli sempat berlawanan arah (papasan) lalu tidak lama kemudian Rusli (korban) menelepon Emang," kata dia.