Lalu, Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Barat Daya, Jhony Way mengungkapkan, tidak sedikit kapal yang melintas di perairan Kabupaten Raja Ampat dan juga merusak terumbu karang.
Pasalnya, perairan Raja Ampat belum mempunyai tempat tambat atau mooring system untuk kapal-kapal berlabuh.
“Sekarang ini banyak pinisi, kapal-kapal turis, kapal-kapal pesiar yang berseliweran di atas laut Raja Ampat,” kata Jhony saat ditemui di Kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat Daya, Kamis (6/6/2024) kemarin.
“Tetapi, tempat tambatnya, tempat untuk dia berlabuh dengan menurunkan sauh atau jangkar itu, sampai sekarang belum ada yang bagus, belum ada yang baik di sana,” lanjut dia.
Dengan tidak adanya tempat menambat, Jhony menyebut, kebanyakan membawa turis asing tersebut menurunkan jangkar secara tidak teratur.
Baca juga: Mooring System Dipasang di Perairan Raja Ampat, Cegah Kerusakan Terumbu Karang
“Berarti otomatis karang ini akan rusak. Kalau rusak, ya mati. Teman-teman pemerhati konservasi mengatakan, terumbu karang bisa terbentuk kembali ya ratusan tahun,” ucap Jhony.
Terbaru, sebanyak dua pelampung tambat labuh atau mooring system akhirnya terpasang di kawasan konservasi perairan Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Dua titik mooring system seberat 430 kilogram itu tepatnya berada di perairan Friwen dan Mioskon untuk mencegah kerusakan terumbu karang dari jangkar kapal pinisi serta pesiar.
Program bernama Raja Ampat Mooring System (RAMS) ini merupakan tambat labuh pertama di Indonesia yang dijadikan sebagai proyek percobaan selama enam bulan ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.