RAJA AMPAT, KOMPAS.com - Sebelum adanya pemekaran dari Kabupaten Sorong, tidak sedikit kapal penangkap ikan dari berbagai macam wilayah datang ke kawasan konservasi perairan Raja Ampat.
Sayangnya, mereka menangkap ikan dengan cara yang tidak bijak, yakni menggunakan bom ikan. Alhasil, terumbu karang di Perairan Raja Ampat rusak.
Karena marak, masyarakat setempat kerap berpatroli di perairan Raja Ampat sambil menjalani aktivitas sehari-hari mereka sebagai nelayan.
“Memang, dari awal kami jaga karang. Kalau ada bom, masyarakat tidak terima.”
Demikian kata Tetua Adat Maribeko di Kampung Friwen, Derek Wawiyai, saat ditemui di Kampung Friwen, Raja Ampat, Papua Barat Daya, Jumat (7/6/2024).
Baca juga: Penelitian Baru, Ada Pola Pergerakan Pari Manta Karang di Raja Ampat
Sebab, kata dia, masyarakat setempat sangat bangga memiliki terumbu karang yang sangat indah.
Oleh karena itu, warga seringkali menangkap oknum tak bertanggung jawab yang menggunakan bom ikan, lalu membawanya ke kantor polisi.
Hal senada juga diceritakan Kepala Kampung Friwen Inse Mina Waiyaiy (31).
Saking bangganya dengan terumbu karang, warga Kampung Friwen menangkap ikan hanya menggunakan akar bore.
“Orang-orang di sini tidak tahu buat (bom) seperti itu. Mereka (masyarakat setempat) cuma pakai akar (bore) saja (untuk menangkap ikan),” ucap Inse.
“Jadi, dia (akar bore) yang tidak bisa merusak terumbu karang. Cuma, hanya untuk ikan mabuk saja, macam pusing-pusing,” lanjut dia sambil tertawa.
Inse berujar, masyarakat Raja Ampat tidak mempunyai peraturan khusus untuk mereka yang menangkap ikan memakai bom.
Hanya saja, saat ada yang kadapatan menangkap ikan menggunakan bom, masyarakat langsung meringkus untuk dibawa ke kantor polisi.
“Memang kami (Kampung Friwen) tidak membuat aturan itu. Memang kami belum terlalu mengerti sih untuk menjaga, jadi ada yang bom."
Baca juga: “Mooring System” Terpasang di Raja Ampat, Pemprov Terapkan Retribusi
"Tapi, biasanya warga langsung lapor, baru Babinsa dari Saonek datang kemari, amankan orang-orang itu,” imbuh dia.
Kini, Inse memastikan bahwa sudah tidak ada lagi orang-orang tak bertanggung jawab datang ke perairan Raja Ampat menangkap ikan dengan menggunakan bom.
Pasalnya, di perairan Raja Ampat pun sudah banyak warga setempat yang berlalu lalang untuk bekerja sambil menjaga laut mereka.
“Karena, ini banyak orang yang diving, kiri dan kanan, snorkeling, ada banyak speed boat bolak balik."
"Jadi tidak ada yang berani lagi. Kalau berani, sama saja dia menyerahkan diri untuk dipukul secara gratis,” seloroh Inse.
Meski begitu, ada saja yang nekat. Terakhir, ada lima orang pelaku bom ikan ditangkap.
Aksi kriminal itu berlangsung di wilayah perairan Kampung Waigama, Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat, Rabu, 22 Mei 2024.
Lalu, Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Barat Daya, Jhony Way mengungkapkan, tidak sedikit kapal yang melintas di perairan Kabupaten Raja Ampat dan juga merusak terumbu karang.
Pasalnya, perairan Raja Ampat belum mempunyai tempat tambat atau mooring system untuk kapal-kapal berlabuh.
“Sekarang ini banyak pinisi, kapal-kapal turis, kapal-kapal pesiar yang berseliweran di atas laut Raja Ampat,” kata Jhony saat ditemui di Kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat Daya, Kamis (6/6/2024) kemarin.
“Tetapi, tempat tambatnya, tempat untuk dia berlabuh dengan menurunkan sauh atau jangkar itu, sampai sekarang belum ada yang bagus, belum ada yang baik di sana,” lanjut dia.
Dengan tidak adanya tempat menambat, Jhony menyebut, kebanyakan membawa turis asing tersebut menurunkan jangkar secara tidak teratur.
Baca juga: Mooring System Dipasang di Perairan Raja Ampat, Cegah Kerusakan Terumbu Karang
“Berarti otomatis karang ini akan rusak. Kalau rusak, ya mati. Teman-teman pemerhati konservasi mengatakan, terumbu karang bisa terbentuk kembali ya ratusan tahun,” ucap Jhony.
Terbaru, sebanyak dua pelampung tambat labuh atau mooring system akhirnya terpasang di kawasan konservasi perairan Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Dua titik mooring system seberat 430 kilogram itu tepatnya berada di perairan Friwen dan Mioskon untuk mencegah kerusakan terumbu karang dari jangkar kapal pinisi serta pesiar.
Program bernama Raja Ampat Mooring System (RAMS) ini merupakan tambat labuh pertama di Indonesia yang dijadikan sebagai proyek percobaan selama enam bulan ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.