SUKABUMI, KOMPAS.com - Belasan peserta mengikuti pelatihan pemantauan macan tutul menggunakan kamera jebak di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat.
Pelatihan kali pertama ini digelar Yayasan Cikananga Konservasi Terpadu (YCKT) selama dua hari, Senin (27/5/2024) hingga Selasa (28/5/2024).
Manajer Konservasi Insitu YCKT Meidiyanto menjelaskan, beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi habitat macan tutul jawa (Panthera pardus melas) baik di dalam kawasan konservasi, maupun non kawasan konservasi.
"Tercatat sudah terjadi beberapa kali konflik antara manusia dan macan tutul. Beberapa ekor macan akhirnya dievakuasi dari habitatnya. Bahkan ada juga yang mati," kata Meidiyanto di PPS Cikananga, Nyalindung.
Baca juga: Warga Sukabumi Lihat Jejak Kaki di Kebun, Khawatir Milik Macan Tutul
Menurut dia, selama PPS Cikananga berdiri, telah beberapa kali ikut menangani konflik manusia-macan tutul di Kabupaten Sukabumi.
Tindakan penyelamatan pernah ditangani di Ciemas pada 2014, Cireunghas pada 2020, dan yang terakhir di Kalibunder pada akhir 2023.
Selama kurun waktu itu juga sudah dilepasliarkan tiga ekor macan tutul ke habitatnya.
Dua ekor ke Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kuningan dan satu ekor ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Meidiyanto menuturkan dalam upaya melindungi dan mengawasi populasi macan tutul yang tersebar di Kabupaten Sukabumi, pelatihan pemantauan menggunakan kamera jebak menjadi penting.
Pelatihan ini dapat memberikan pemahaman mendalam kepada para peserta tentang penggunaan teknologi camera trap untuk memantau keberadaan dan perilaku macan tutul.
"Tujuan kegiatan ini di antaranya memperkuat kemampuan peserta dalam mengoperasikan dan mengatur kamera jebak secara efektif," tutur dia.
Pelatihan ini juga diharapkan dapat menghasilkan tim survei macan tutul di Kabupaten Sukabumi dengan pengetahuan dan keterampilan dalam pengoperasian kamera jebak.
"Tim survei yang memahami prosedur pengambilan data di lapangan serta penginputan dan analisis data yang didapatkan di lapangan," sebut dia.
Baca juga: Macan Tutul Terjerat Jebakan Babi di Sukabumi, Warga Resah
Harapannya bisa sampai melakukan pendataan populasi macan tutul.
"Pelatihan ini juga mendukung rencana teman-teman di Sukabumi yang akan melakukan pendataan macan tutul di luar kawasan konservasi."
Demikian penjelasan Erwin yang juga Koordinator Proyek Pendataan Macan Tutul Se Pulau Jawa (Java Wide Leopard Survey/JWLS).
Dia menjelaskan, macan tutul merupakan satwa liar yang sulit dijumpai (elusive), sehingga tidak dapat diamati secara langsung.
Maka, penggunaan kamera jebak menjadi alat yang dapat membantu melihat keberadaan dan mendata macan tutul.
Sukabumi ini, lanjut Erwin, banyak lokasi yang menjadi habitatnya macan tutul, baik di dalam kawasan konservasi maupun non kawasan konservasi.
Hanya saja, hingga saat ini data dan informasi yang tersedia belum cukup membantu Pemerintah dalam pengelolaan macan tutul, terutama di Sukabumi.
"Bila sudah memiliki data tentunya dapat digunakan sebagai dasar informasi yang kemudian dapat digunakan untuk perencanaan termasuk mitigasi konflik."
Demikian kata Erwin yang juga salah seorang pendiri Save Indonesian Nature & Threatened Species (Sintas) Indonesia.
"Nantinya dapat dibuat semacam peta kerawanan konflik, misalnya area tertentu mendapatkan informasi berpotensi terjadi konflik antara manusia dan macan tutul," sambung dia.
Baca juga: 2 Ekor Macan Tutul Melenggang di TNGGP, Pendaki Diminta Tak Panik
Erwin mengharapkan, ke depan dapat memperkuat masyarakat baik itu pengetahuan maupun kemampuan dalam upaya mitigasi konflik antara manusia dan macan tutul secara mandiri.
"Artinya ke depan nanti sudah tidak ada lagi konflik antara manusia dan macan tutul," kata Erwin.
Pelatihan kali pertama ini menghadirkan dua instruktur. Selain Erwin Wilianto dari Sintas Indonesia, ada Agung Kusumanto dari Forum Konservasi Macan Tutul Jawa.
Pelatihan khusus ini diikuti perwakilan organisasi pemerintah dan organisasi non pemerintah, serta pribadi.
Ada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Resor Sukabumi, Dinas Kehutanan Jawa Barat Wilayah Sukabumi, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi, dan Perum Perhutani Sukabumi.
Selanjutnya, dari Volunteer Panthera, ProBumi Indonesia, Geopark Ranger, Geopark Youth Forum, Gerakan Jampang Peduli (Jampe), dan perawat satwa PPS Cikananga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.