BORONG, KOMPAS.com- Blasius Geong (67), seorang kakek di Manggarai Timur, Nusa Tengara Timur (NTT), hidup seorang diri di sebuah gubuk reyot di kebunnya selama lebih dari dua dekade. Blasius kesulitan membangun rumah layak huni lantaran tak memiliki biaya.
Warga Kampung Warat, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong tersebut menetap di kebun. Rumah lamanya terbakar dan istrinya pergi 23 tahun lalu.
UPDATE : Kompas.com membuka kesempatan para pembaca untuk membantu kisah ini. Dengan cara berdonasi klik di sini
“Saya tidak punya uang untuk bangun rumah di kampung,” kata Geong sambil memotong-motong kayu saat Kompas.com berkunjung ke rumahnya, Rabu (29/5/2024).
Pondok tempat tinggal Geong berukuran 2,5x3 meter. Gubuk itu beratapkan seng dengan dinding kayu yang berlubang di sana-sini.
Tempat tidurnya hanya beralaskan papan-papan kayu, tanpa kasur.
Baca juga: Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar
Blasius Geyong di pondoknya (Markus Markur)
Di pondok itu, ia mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan pada malam hari.
UPDATE : Kompas.com membuka kesempatan para pembaca untuk membantu kisah ini. Dengan cara berdonasi klik di sini
Geong bertahan hidup dengan bertani. Ia menanam padi dan pisang di lahan seluas sekitar setengah hektar.
“Itu saja hasilnya, mungkin tanahnya tidak subur lagi” kata Geong sambil menunjukkan seonggok karung yang berisi gabah sekitar 25 kilogram yang diletakkan di salah satu sudut pondoknya.
Geong membuat tempat tidur kayu pesanan orang untuk tambahan penghasilan. Dia juga menjual kayu bakar demi membeli bahan pangan.
“Satu ikat (kayu bakar), saya jual Rp 10.000,” katanya.
Geong sebenarnya memiliki anak laki-laki. Tetapi, anaknya itu, kata dia, sudah lama merantau ke Malaysia. Padahal kondisinya semakin menua.
“Sudah lama tidak pulang,” katanya.
Di tengah kondisi itu, Geyong berharap kepada pemerintah.