Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek Geyong Hidup di Gubuk Reyot di Kebun Manggarai Timur Seorang Diri

Kompas.com - 29/05/2024, 13:49 WIB
Markus Makur,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com- Blasius Geong (67), seorang kakek di Manggarai Timur, Nusa Tengara Timur (NTT), hidup seorang diri di sebuah gubuk reyot di kebunnya selama lebih dari dua dekade. Blasius kesulitan membangun rumah layak huni lantaran tak memiliki biaya.

Warga Kampung Warat, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong tersebut menetap di kebun. Rumah lamanya terbakar dan istrinya pergi 23 tahun lalu.

Baca juga: Kisah Purnamigran Asal Sumbawa, Tinggalkan Profesi Guru Honorer demi Bangun Bisnis Ikan Asin Beromzet Rp 10 Juta

UPDATE : Kompas.com membuka kesempatan para pembaca untuk membantu kisah ini. Dengan cara berdonasi klik di sini

“Saya tidak punya uang untuk bangun rumah di kampung,” kata Geong sambil memotong-motong kayu saat Kompas.com berkunjung ke rumahnya, Rabu (29/5/2024).

Pondok tempat tinggal Geong berukuran 2,5x3 meter. Gubuk itu beratapkan seng dengan dinding kayu yang berlubang di sana-sini.

Tempat tidurnya hanya beralaskan papan-papan kayu, tanpa kasur.

Baca juga: Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar

Di pondok itu, ia mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan pada malam hari.

UPDATE : Kompas.com membuka kesempatan para pembaca untuk membantu kisah ini. Dengan cara berdonasi klik di sini 

Geong bertahan hidup dengan bertani. Ia menanam padi dan pisang di lahan seluas sekitar setengah hektar.

“Itu saja hasilnya, mungkin tanahnya tidak subur lagi” kata Geong sambil menunjukkan seonggok karung yang berisi gabah sekitar 25 kilogram yang diletakkan di salah satu sudut pondoknya.

Geong membuat tempat tidur kayu pesanan orang untuk tambahan penghasilan. Dia juga menjual kayu bakar demi membeli bahan pangan. 

“Satu ikat (kayu bakar), saya jual Rp 10.000,” katanya.

Geong sebenarnya memiliki anak laki-laki. Tetapi, anaknya itu, kata dia, sudah lama merantau ke Malaysia. Padahal kondisinya semakin menua.

“Sudah lama tidak pulang,” katanya.

Di tengah kondisi itu, Geyong berharap kepada pemerintah.

“Semoga pemerintah bisa bantu saya yang sudah tua ini,” katanya lirih.

Baca juga: Para Pengais Kemiri, Kisah Lima Bersaudara Bertahan Hidup Bersama Kakek di Manggarai Timur

Ratih Labus, seorang pekerja sosial di Manggarai Timur mengatakan selain kondisi kehidupannya yang memprihatinkan, Kakek Geyong juga disebut tidak mengantongi dokumen kependudukan, seperti Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.

“Kami sedang berupaya mengurus dokumen kependudukannya,” kata Ratih yang sudah beberapa kali membawa bantuan sembako untuk Geong saat dihubungi Kompas.com, Rabu, (29/5/2024).

Setelah dokumen kependudukan Geyong sudah jadi, Ratih berharap agar Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur bisa memberikan bantuan, baik sembako maupun BPJS Kesehatan.

“Kalau saya lihat, kondisi kesehatan Bapak Sius ini perlu diperhatikan juga,” katanya.

Di usianya yang semakin tua, Seong sudah tidak kuat lagi untuk bekerja.

“Tidak seperti dulu lagi. Sekarang, saya cepat sekali lelah kalau bekerja. Jadi, lebih banyak istirahatnya,” kata Geong.

Matias Mingga, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur menjelaskan sudah melakukan asesmen dan akan menyalurkan bantuan.

“Dinas Sosial akan melaporkan kepada Penjabat Bupati Manggarai Timur dan Penjabat Sekretaris Daerah tentang kondisi warga ini. Selain itu, hasil asesmen ini juga dilaporkan kepada Kemensos RI melalui Centra Efata Kupang. Kita sama-sama berharap agar ada bantuan untuk memperbaiki gubuk reyot dari warga tersebut,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com