Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Gunung Kelimutu Naik dari Level Normal ke Waspada

Kompas.com - 24/05/2024, 19:05 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Andi Hartik

Tim Redaksi

ENDE, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Kelimutu dari level I normal ke level II waspada pada Jumat (24/5/2024) pukul 13.00 Wita.

Kenaikan status ini berdasarkan hasil evaluasi tingkat aktivitas Gunung Kelimutu periode 1 Mei-23 Mei 2024.

Kepala PVMBG, Hendra Gunawan melaporkan, secara visual pada periode ini Gunung Kelimutu terlihat jelas hingga tertutup kabut.

Baca juga: Danau Kelimutu Berubah Warna, Pengunjung Diimbau Waspada Gas Beracun

Teramati asap kawah utama berwarna putih, intensitas tipis dengan ketinggian 5-25 meter dari puncak.

Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah barat laut. Suhu udara berkisar 21-27 derajat celcius.

Berdasarkan pengamatan visual pada 17 Mei 2024, air pada kawah I Tiwu Ata Polo mengalami perubahan dari warna hijau menjadi hijau tua.

"Teramati dua titik bualan air di atas permukaan air danau kawah di sebelah timur laut, bau gas belerang tercium lemah. Suhu air danau kawah terukur 23 derajat celsius," ujar Hendra dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Air Danau Kelimutu Ende Berubah Warna, Ini Penjelasan Badan Geologi

Kemudian, pada 22 Mei 2024 terjadi perubahan warna air danau kawah menjadi cokelat kehitaman. Suhu air danau kawah terukur 21 derajat celsius.

Sementara, kawah II Tiwu Ko'o Fai Nuwamuri, pada 17 Mei 2024, air danau kawah berwarna biru muda, sama seperti pemeriksaan sebelumnya.

Teramati endapan belerang berwarna kuning keemasan bertebaran di atas permukaan air danau kawah pada bagian tengah, hingga ke sebelah timur, tenggara, barat laut, utara, hingga timur laut.

Bau gas belerang tercium lemah, asap kawah nihil. Suhu air danau kawah terukur 22 derajat celsius.

Pada 23 Mei, teramati air danau kawah berwarna biru muda sama seperti pemeriksaan sebelumnya.

Teramati endapan belerang berwarna kuning bertebaran di atas permukaan air danau kawah menutupi bagian tengah, hingga sebelah utara, timur, selatan, dan barat. Suhu air danau kawah terukur 24 derajat celsius.

Tampak arus putaran endapan belerang di sebelah selatan permukaan air danau kawah. Bau gas belerang tercium lemah, asap kawah nihil.

Air Danau Kelimutu berubah warna menjadi coklat kehitamanDok. BTNK Kelimutu Air Danau Kelimutu berubah warna menjadi coklat kehitaman
Kemudian, kawah III Tiwu Ata Bupu, pada 17 Mei 2024, teramati air danau kawah berwarna hijau tua sama seperti pemeriksaan sebelumnya. Suhu air danau kawah terukur 20 derajat celsius.

Pada 23 Mei 2024, teramati air danau kawah berwarna hijau tua, sama seperti pemeriksaan sebelumnya. Suhu air danau kawah terukur 21 derajat celsius.

Berdasarkan pengamatan visual dari CCTV inframerah, menunjukkan konsistensi perubahan warna yang semakin nyata pada permukaan kawah I dan II.

Baca juga: Festival Kelimutu: Rakor Tiga Pilar Batu Tungku Tetapkan Hari Lahir Kabupaten Ende pada 1 Juli

Data kegempaan

Hendra menerangkan, selama periode 1-23 Mei 2024, terekam satu kali gempa vulkanik dangkal, 77 kali vulkanik dalam, 30 kali tektonik lokal, dan 85 kali gempa tektonik jauh.

Sedangkan data RSAM juga menunjukkan peningkatan meskipun tidak signifikan.

"Gempa-gempa yang terekam mengindikasikan terjadinya suplai magma ke permukaan," katanya.

Dari data pemantauan baik secara visual maupun instrumental menunjukkan perubahan yang signifikan baik dari perubahan warna air danau kawah I, maupun kenampakan dan sebaran dari belerang di permukaan air danau kawah II yang semakin intensif.

Baca juga: Soekarno dan Sandiwara Kelimutu di Ende

Hasil pengamatan visual juga mengindikasikan terjadinya pelarutan batuan pada kawah I dan naiknya fluida magmatik ke permukaan yang ditunjukkan dari peningkatan suhu air danau kawah II.

Perluasan sebaran endapan belerang di permukaan air danau kawah II menunjukkan peningkatan aktivitas sistem magmatik hidrotermal yang ada di bawahnya.

Perubahan warna air danau kawah, sebaran belerang yang intensif didukung oleh peningkatan kegempaan, mengindikasikan terjadinya suplai magma ke permukaan.

Potensi ancaman bahaya Gunung Kelimutu saat ini adalah erupsi freatik dan magmatik yang menghasilkan lontaran material dalam radius 250 meter.

Hujan abu dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung pada arah dan kecepatan angin.

"Hasil pemantauan visual dan instrumental menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas. Sehingga tingkat aktivitas Gunung Kelimutu dinaikkan dari level I normal ke level II waspada terhitung mulai tanggal 24 Mei pukul 13.00 Wita," ujarnya.

Imbauan

Hendra mengimbau warga sekitar dan pengunjung Gunung Kelimutu agar tidak berada di sekitar area kawah dalam radius 250 meter dari tepi kawah.

Tetap tenang dan tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Kelimutu.

Pemkab Ende diharapkan agar senantiasa berkoordinasi dengan PVMBG di Bandung atau Pos Pengamatan Gunung Kelimutu di Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dikomplain soal Sepeda Motor yang Rusak, Mekanik di Lubuklinggau Bunuh Adik Pelanggan

Dikomplain soal Sepeda Motor yang Rusak, Mekanik di Lubuklinggau Bunuh Adik Pelanggan

Regional
Polisi Buka Kronologi Pembunuhan Berlatar Ejekan Mandul di Lampung

Polisi Buka Kronologi Pembunuhan Berlatar Ejekan Mandul di Lampung

Regional
Tergiur Rp 2,5 Juta, Warga Solo Nekat Jadi Kurir Narkoba di Semarang

Tergiur Rp 2,5 Juta, Warga Solo Nekat Jadi Kurir Narkoba di Semarang

Regional
Coklit Perdana di Perbatasan Malaysia, KPU Nunukan Bidik 468 Pemilih di Pulau Sebatik

Coklit Perdana di Perbatasan Malaysia, KPU Nunukan Bidik 468 Pemilih di Pulau Sebatik

Regional
Gangguan Teknis Pesawat dan Penerbangan Penuh, Pemulangan Jemaah Haji Kloter 6 Solo Telat 6 Jam

Gangguan Teknis Pesawat dan Penerbangan Penuh, Pemulangan Jemaah Haji Kloter 6 Solo Telat 6 Jam

Regional
Mayat Perempuan Tanpa Identitas Ditemukan Tersangkut Keramba Ikan di Waduk Wadaslintang

Mayat Perempuan Tanpa Identitas Ditemukan Tersangkut Keramba Ikan di Waduk Wadaslintang

Regional
Berdalih Sakit Hati Diejek Mandul, Pria di Lampung Bunuh Tetangga

Berdalih Sakit Hati Diejek Mandul, Pria di Lampung Bunuh Tetangga

Regional
Ibu Siswa SMP yang Tewas di Sungai Padang: Anak Saya Disiksa Bukan Terjun dari Jembatan

Ibu Siswa SMP yang Tewas di Sungai Padang: Anak Saya Disiksa Bukan Terjun dari Jembatan

Regional
15 ABK Asal Merauke yang Ditahan di Australia Mengaku Tak Sengaja Melintasi Batas Negara

15 ABK Asal Merauke yang Ditahan di Australia Mengaku Tak Sengaja Melintasi Batas Negara

Regional
Tingkatkan Layanan Kesehatan, Bupati Ipuk Tambah 26 Kendaraan Operasional untuk 13 Puskesmas

Tingkatkan Layanan Kesehatan, Bupati Ipuk Tambah 26 Kendaraan Operasional untuk 13 Puskesmas

Regional
Kanwil Kemenkumham Babel Deportasi 8 WNA

Kanwil Kemenkumham Babel Deportasi 8 WNA

Regional
Rumah di Wonosobo Hangus Terbakar, Awalnya Pemilik Bikin Api untuk Hangatkan Suasana Usai Pengajian

Rumah di Wonosobo Hangus Terbakar, Awalnya Pemilik Bikin Api untuk Hangatkan Suasana Usai Pengajian

Regional
Pengemis di Aceh Kedapatan Kantongi Rp 20 Juta Saat Ditertibkan

Pengemis di Aceh Kedapatan Kantongi Rp 20 Juta Saat Ditertibkan

Regional
95.000 Siswa di Jateng Dipastikan Tak Akan Dapat Kursi SMA/SMK Negeri

95.000 Siswa di Jateng Dipastikan Tak Akan Dapat Kursi SMA/SMK Negeri

Regional
Viral Cerita Istri Kapolsek di Banyuasin 'Ngojek' Demi Hidupi 3 Anaknya karena Suami Menikah Lagi

Viral Cerita Istri Kapolsek di Banyuasin "Ngojek" Demi Hidupi 3 Anaknya karena Suami Menikah Lagi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com