DEMAK, KOMPAS.com - Genap dua puluh tahun sudah, Kristianto (53) menggeluti usaha ikan panggang di Desa Cabean, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Ikan asap yang diproduksi bukan potongan daging utuh, melainkan sisa-sisa filet dari pabrik berupa kepala dan duri.
Di Desa Cebean, terdapat 5 orang yang memproduksi limbah filet serupa.
Mereka mengolahnya untuk dijadikan ikan panggang atau asap. Namun pasca-Lebaran ini beberapa masih libur.
Baca juga: Beras Mahal, Petani di Demak Pungut Gabah Busuk untuk Konsumsi
Kristianto menyebutkan, ia termasuk orang pertama di Desa Cabean yang memproduksi limbah pabrik untuk dijadikan ikan panggang.
Dia bercerita, saat itu sisa dari pabrik produksi ikan kaleng dianggap limbah dan tidak bernilai, lantaran menyisakan kepala dan tulang.
Oleh karenanya, ia bersama rekan-rekannya berinisiatif mengolah limbah tersebut untuk dijadikan ikan panggang.
Benar saja, setelah diasap ikan tersebut memiliki rasa yang gurih untuk diolah kembali menjadi botok maupun masakan lainnya hingga banyak diminati masyarakat.
"(Limbah ikan) Terus buang sana-sana ditolak masyarakat, ada ide untuk diolah. Terus akhirnya sampai sekarang itu ya kebetulan banyak peminatnya. Jadi kebutuhan pasar, cukuplah," kata Kristianto saat ditemui di tepi anak Sungai Jajar, Desa Cabean, Senin (29/4/2024).
Baca juga: Siswi SMP di Demak Dipaksa Hubungan Badan dengan Pacar, lalu Diperkosa 3 Orang Bergiliran
Dalam sehari, Kristianto mampu memproduksi limbah ikan mencapai 100 kilogram atau satu kuintal.
Saat memanggang ikan, Kristianto memanfaatkan gubuk kecil ukuran 2x1,5 di tepian anak Sungai Kalijajar.
Rata-rata yang diproduksi jenis ikan Tombro dan Kakap, kemudian diasap menggunakan sekam kering dan jerami untuk mendapatkan tingkat kematangan yang sempurna.
"Ini ikan jenis Tombro, campur Kakap, ini kepala. Cara asapnya pakai jerami. Jerami untuk mendiginkan, terus sekam padi ini untuk pematangan. Jadi matang tembus gitu," terangnya.
Untuk memanggang 100 kilogram kepala ikan Tombro yang sudah dipotong-potong setidaknya membutuhkan waktu 4 jam.
"Matang paling tidak empat jam, ini cuma satu kuintal per hari," katanya lagi.
Baca juga: 6 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Setelah Operasi Caesar, Apa Saja?
Satu potong ikan laku Rp 2.500 hingga Rp 5.000 di pasaran. Menyesuaikan besar kecil ukuran.
"20 kilogram kurang lebih kalau kepala isi 48 sampai 53, kalau yang masih ada tubuh. Itu 10 kilogram kurang lebih 17 biji, ada yang 14 dan 13 tergantung besar kecilnya," imbuhnya.
Kristianto menambahkan, ia biasa mendapatkan bahan baku dari gudang di daerah Sayung melalui pengepul yang mengantar ke tempatnya.
"Gudangnya Sayung, ikannya dari Medan ada dari Semarang," paparnya.
Baca juga: 8 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Ibu Hamil, Apa Saja?
Pengolah limbah ikan lainnya, Ratmi (46) menyebutkan, ia sendiri memilih memproduksi sisa filet ikan Nila.
Usai lebaran ini, Ratmi memilih libur sembari menunggu ada pasar yang bagus untuk produksi lagi.
"Tidak tahu (kapan mulai lagi), sebelum lebaran ramai ini masih sepi," ujarnya ditemui di Desa Cabean.
Ratmi menyebutkan, saat produksi setiap harinya ia bisa memanggang limbah ikan nila hingga 80 kilogram. Setiap potongnya dijual mulai Rp 2.000.
"Paling banyak satu kuintal, di pasar besar ada yang Rp 6.000 (per potong)," pungkasnya.
Baca juga: 5 Jenis Ikan Terbaik Pilihan Ahli untuk Menyehatkan Otak, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.