Keduanya membenarkan kejadian tersebut.
Pada Selasa (9/4/2024), YN dibawa ke RSUD dr Thomsen Gunungsitoli untuk dirontgen.
Saat itu dokter menyebut ada bekas pukulan di bagian kening hingga ada salah satu syaraf yang tak berfungsi. Keadaan tersebut membuat kondisi YN semakin parah.
Baca juga: Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina
YN sempat pulang, namun ia kembali dirawat di rumah sakit sejak Sabtu (13/4/2024).
Namun, baru dua hari dirawat di RSUD dr Thomsen, korban mengembuskan napas terakhir pada Senin (15/4/2024) pukul 19.30 WIB.
Padahal di hari yang sama, pihak kepolisian sempat ingin memintai keterangan YN, namun tak bisa karena kondisi YN yang maish kritis.
"Saya menuntut pihak berwajib segera mengusut kasus meninggalnya anak kami, atas penganiayaan yang dilakukannya oleh SZ dan bertanggung jawab atas perbuatannya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/4/2024).
Dia juga meminta Kepala Cabang Dinas Pendidikan Nias Selatan untuk segera turun tangan atas kasus ini.
Baca juga: Kepsek di Nias Penganiaya Siswa sampai Tewas Dibebastugaskan
"Anak saya saat masuk sekolah dalam keadaan baik dan sehat. Apa yang dialami anak saya sangat tidak mendidik. Juga agar kepala sekolah tersebut bisa dipecat karena apa yang dilakukannya sangat tidak diterima oleh semua pihak," kata Sekhezatulo.
Sementara, SZ saat dihubungi tidak berkomentar banyak. Dia menyerahkan kasus tersebut untuk diproses hukum.
"Kalau memang itu benar, biarlah proses hukum yang berjalan," ujar SZ.
SZ pun diperiksa oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Disdik) Wilayah XIV Sumatera Utara, Yasokhi Hia, di SMK Siduaori, Selasa (16/4/2024).
Saat itu SZ mengatakan bahwa melakukan pembinaan saja.
"Kepsek sudah kami BAP (berita acara pemeriksaan), dia (SZ) mengakui melakukan pembinaan, bukan menganiaya atau kekerasan, itulah jawaban beliau," ujar Yasokhi membeberkan hasil pemeriksaan Disdik terhadap SZ, saat dihubungi Kompas.com.
Baca juga: Kepsek Diduga Aniaya Siswa SMK Nias hingga Tewas karena Tak Mau Angkat Genset
Berdasarkan pengakuan SZ, peristiwa bermula saat YN dan tujuh teman sekelasnya menjalankan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di Kantor Camat Siduaori.