DEMAK, KOMPAS.com - Suriyah (53) dan Solikhah (65) bersama 7 orang lainnya menjadi penghuni terakhir di pos pengungsian SMP N 1 Gajah, Kabupaten Demak.
Mereka merencanakan hari ini, Kamis (28/3/2024) untuk pulang meskipun banjir masih menggenangi rumahnya di Desa Wonoketingal, Kecamatan Karanganyar.
Kata Suriyah, banjir di rumahnya kini masih sekitar 50 sentimeter sejak banjir menerjang pada Minggu (17/3/2024).
Baca juga: Update Banjir Demak: 4 Kecamatan Masih Terdampak, 1.491 Orang Mengungsi
Ia tidak bisa membayangkan lagi bagaimana kondisi rumahnya saat ini yang terletak di Desa Wonoketingal RT 03 RW 01.
Pada Februari 2024 lalu, banjir sempat tergenang dua pekan dan menyebabkan sejumlah dinding kayu rumahnya membusuk.
Belum lagi bale kamar tidur, kursi, meja yang rata-rata terbuat dari kayu. Bahkan kasur satu-satunya yang diselamatkan dari banjir Februari lalu ikut hanyut.
Baca juga: Beras Mahal, Petani di Demak Pungut Gabah Busuk untuk Konsumsi
Baca juga: Persiapan Arus Mudik, Perbaikan Pantura Demak-Kudus Dikebut
Bagi Suriyah, rumah tetap rumah sebagaimana tempat ia pulang dan singgah.
"Saya punya kasur satu hanyut, mau pulang aja walau bagaimanapun kalau rumah tetap dipakai," katanya kepada Kompas.com di Pos pengungsian SMP N 1 Gajah, Rabu (27/3/2024).
Suriyah mengaku tidak mendapatkan bantuan kasur seperti tetangganya yang lain saat banjir menerjang Demak pada Februari silam.
Baca juga: Update Banjir Demak: 4 Kecamatan Masih Terdampak, 1.491 Orang Mengungsi
Saat ini hanya terdapat satu kasur yang sudah tidak layak pakai. Itu pun ia kasihkan untuk anaknya.
Untuk itu, kali ini ia akan mencoba meminta bantuan alas tidur, setidaknya bisa dijadikan tempat istirahat meskipun rumah ambrol.
"Memang tidak punya. Hanya satu buat tidur anak saya, kasur lantai busuk. Kalau dikasih Alhamdulillah tidak juga tidak apa-apa," ungkapnya.
Baca juga: Dilanda Banjir, Perusahaan di Demak Diminta Segera Bayar THR Karyawan
Suriyah mengaku belum mampu untuk membangun rumah, bale yang ia gunakan pun dari warisan mertuanya dulu.
"Saya bingung tidak bisa bekerja, anakku dua tidak bisa bekerja semua, banjir datang. Tidak punya uang," tuturnya.
Kondisi serupa juga dialami Solikhah, keterbatasan membuatnya hanya bisa pasrah untuk menjalani hidup paska banjir.
Baca juga: Banjir di Jalur Pantura Demak-Kudus Mulai Surut, Truk dan Bus Kucing-kucingan dengan Polisi
Kediamannya di Desa Wonoketingal RT 04 RW 02 juga terbuat dari kayu dan saat ini halaman rumah masih banjir.
"Kemarin pembersihan tidak merata, saya tidak punya bale (tempat tidur)," ungkapnya.
Sebelumnya, Solikhah masih memiliki beras 10 kilogram dari bantuan banjir Februari lalu. Belum sempat menikmati ikut hanyut banjir Maret ini.
"Itu bantuan, ikut hanyut berasnya belum dimasak," terangnya.
Baca juga: Beras Mahal, Petani di Demak Pungut Gabah Busuk untuk Konsumsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.