"Cokot itu biasanya ditaruh di bagian paling atas dari sejumlah bahan ebatan. Itulah yang membuat ebatan ini istimewa," katanya.
Dari beragam jenis makanan di bulan Ramadhan, ebatan menjadi salah satu yang diburu, karena hanya ada saat puasa.
Wardiah percaya ilmu meracik ebatan akan diturunkan pada putrinya Rima (23), selain cekatan dan tekun Rima juga yang menjaga lapak melayani pembeli sepanjang bulan Ramadhan.
Bagi Rima, selain mendalami ilmu berniaga dia juga ingin mendapat berkah pahala karena membantu orang tua.
"Mamak di rumah saja setelah meracik ebatan, saya yang mengantikan mamak melayani pembeli," kata Rima.
Baca juga: Resep Kari Ayam Kukus, Makanan Buka Puasa Sehat dan Enak
Lapak belum dibuka para pengemar masakan ibunda Rima, Wardiah telah menunggu, bahkan mereka ikut membantu menata jualan lapak yang berada di jalan Lingkungan Karang Jangkong.
"Kalau banyak yang beli jualan habis, laris manis, kalau ada sisa, biasanya kita konsumsi sendiri dan bagikan bagi yang berkenan, karena sisa jualan tidak boleh dijual lagi," ungkp Rima.
Termasuk ebatan wajib habis sebelum waktu berbuka tiba karena memang makanan paling dicari.
H Suparno asal Lombok Tengah yang menetap di Kota Mataram, mengaku mencari ebatan untuk berbuka. Baginya, tidak lengkap berbuka kalau tak ada ebatan.
"Saya memang mencari ebatan untuk berbuka, dan hanya di sini yang rasanya asli, di tempat lain rasa dan bahannya beda," katanya.
Demikian juga dengan Sutrisno, warga Cakranegara yang memang penggemar berat ebatan.
"Kalau di tempat lain saya tidak cocok rasanya, ini yang pas racikan bumbunya, makan ini seperti raja rasanya, mewah aroma dan rasanya," kata Sutrisno.
Neli, pembeli asal Mataram mengaku baru pertama kali mencoba membeli ebatan, karena penasaran dengan cerita orang akan rasanya yang unik.
"Saya belum pernah makan, ini dah mau coba pertama kali karena penasaran," katanya.
Baca juga: Pilihan Makanan Buka Puasa Selain Gorengan, Ini Saran dari Dokter
Hariawan (54) sepupu Wardiah yang membantu Rima menjaga lapak membenarkan bahwa di jalan Raja Bali, ebatan ini paling dicari dan hanya ebatan dari Karang Jangkong yang diinginkan.
"Resep ebatan ini warisan turun temurun, yang harus dijaga dan diwariskan pada generasi berikutnya," kata Hariawan.
Sebagai warga Karang Jangkong banyak cerita para leluhur yang harus ditelusuri termasuk cerita tentang makanan khas lombok yang terancam punah jika tidak diwariskan.
Meski Lombok kaya akan makanan tradisional yang khas, cuma jarang ada yang tahu anak anak zaman sekarang, Hariawan sangat menyayangkan hal itu.
"Adanya ebatan dalam sebuah hajatan atau pesta, menunjukkan jika pesta itu mewah, hal-hal seperti itu nampaknya tidak terbangun dalam pikiran generasi saat ini," katanya.
Makanan seperti ebatan kadangkala dianggap kolot dan ketinggalan zaman, mereka lebih suka makanan Korea dan cepat saji, padahal dari segi kesehatan makanan seperti ebatan kaya akan kandungan vitamin dan serat, karena berupa sayuran.
Hariawan berharap anak-anak muda saat ini mulai belajar tentang warisan leluhur agar tak kehilangan jejak, tentang makanan tradisonal yang memiliki nilai sejarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.