Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Terjadi Serangan di Lampung Barat, Tanda Kondisi “Rumah” Harimau Tidak Ideal

Kompas.com - 22/03/2024, 15:11 WIB
Tri Purna Jaya,
Reni Susanti

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com – Konflik harimau-manusia yang berulang di wilayah Lampung Barat disebut menjadi tanda bentang alam “rumah” satwa itu tidak ideal. Semua pihak perlu melakukan kajian secara komprehensif.

Ketua Forum HarimauKita, Drh Erni Suyanti mengatakan, harimau sebenarnya satwa yang memiliki daya jelajah yang sangat luas, bisa mencapai 100 kilometer persegi.

Sehingga, jika terjadi konflik yang berulang seperti di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh pada Februari–Maret 2024 lalu, perlu upaya komprehensif berdasarkan penilaian yang menyeluruh dari daerah jejalahnya (homerange based management).

Baca juga: TNBBS “Rumah” Harimau Sumatera, Manusia Harus Bisa Hidup Berdampingan

“Terjadinya konflik terus-menerus di wilayah itu dapat dilihat sebagai akibat adanya kondisi yang tidak ideal. Maka untuk mencegah berlanjutnya konflik yang merugikan manusia dan satwanya perlu dikaji secara menyeluruh,” tutur Erni dalam rilisnya, Jumat (22/3/2024).

Dia memaparkan, manusia dan harimau sama pentingnya. Terjadinya konflik seperti di Lampung Barat yang menewaskan dua orang menyebabkan kedua belah pihak sama-sama dirugikan.

“Pemilihan solusi mitigasi konflik perlu mempertimbangkan langkah untuk mengurangi risiko kerugian yang diderita oleh manusia dan juga harus didasari pertimbangan terbaik untuk satwa harimau yang terlibat konflik,” ucap dia.

Baca juga: Penampakan Harimau yang Diduga Menerkam Warga di Lampung

Yanti, sapaan akrabnya, mengatakan mitigasi konflik menjadi tanggung jawab multi pihak. Misalnya, pemerintah daerah (pemda) karena konflik itu akan berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat di daerah itu.

Kemudian, aparat desa dan keamanan dapat mengendalikan warga agar tidak bertindak anarkis pada saat terjadi konflik.

“Masyarakat dan LSM (lembaga swadaya masyarakat) dapat berpartisipasi aktif dalam setiap proses dan tahapan mitigasi konflik,” ucap dia.

Lalu pengelola taman nasional ataupun BKSDA harus bisa membangun komunikasi dan koordinasi yang baik dengan para pihak terkait mitigasi konflik itu.

“Satgas penanggulangan konflik yang sudah terbentuk berdasarkan SK Gubernur/SK Bupati setempat perlu ditindaklanjuti dan dioperasionalkan secara efektif,” ungkap dia.

Berita sebelumnya, konflik satwa liar ini telah menimbulkan 2 korban jiwa, Sahri (28) warga Dusun Peninjauan, Pekon (desa) Bumi Hantati, Kecamatan Bandar Negeri Suoh.

Kemudian Gunarso (47) warga Pekon Sumber Agung.

Sedangkan korban lainnya yakni Samanan (41) warga Pekon Sukamarga mengalami luka parah di kepala akibat terkaman harimau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com