YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Gedhe Kauman merupakan salah satu masjid di Kota Yogyakarta yang memiliki latar belakang sejarah yang kental.
Dihimpun dari berbagai sumber, Masjid Gedhe Kauman tidak bisa dilepaskan dari Keraton Kasultanan Yogyakarta sebagai Kerajaan Islam dalam perundingan Giyanti pada 1755.
Masjid Gedhe Kauman berdiri 18 tahun kemudian setelah perjanjian Giyanti.
Keistimewaan Masjid Gedhe Kauman adalah satu-satunya masjid raya di Indonesia yang berumur lebih 200 tahun, dan menyimpan begitu banyak potensi sejarah di dalamnya.
Baca juga: Mengenal Masjid Al-Aqsa yang Berdiri di Atas Tanah Suci
Gaya arsitekturnya yang kental dengan nuansa keraton menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan obyek wisata sejarah bagi wisatawan lokal maupun asing.
Posisi Masjid Gedhe Kauman tidak jauh dari Keraton Yogyakarta, sebelah barat tepat di samping Alun-alun Utara.
Secara administrasi, masjid ini beralamat di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Baca juga: Tradisi Masjid Jogokariyan Sediakan 3.500 Takjil Gratis dan Gelar Pasar Sore untuk Bantu Warga
Baca juga: Apa Fungsi Kolam yang Mengelilingi Masjid di Jawa?
Letaknya yang tergolong strategis yang di berada dekat dengan Kerajaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memudahkan para pemuka agama Islam untuk menyebar luaskan ajaran Islam di bumi Mataram ini.
Salah satu tradisi penyebaran ajaran Islam yang masih berjalan sampai saat ini adalah setiap Kamis pada bulan suci Ramadhan, Masjid Gedhe Kauman memberikan menu spesial berupa gulai kambing kepada masyarakat.
Pemberian menu gulai kambing ini berjalan sejak era Sri Sultan Hamengku Buwono IX bertahta bahkan sebelum 1960.
"Jadi pelaksanaan takjil (gulai kambing) di Masjid Gedhe Kauman itu sebelum tahun 1960," ujar Jujuk Endari Edi selaku Sesi Takjil Masjid Gedhe Kauman, saat ditemui di Masjid Gedhe Kauman, Kamis (14/3/2024).
Baca juga: Mengapa Masjid Memiliki Menara? Kenali Fungsinya
Pada saat itu sebelum 1960 imbuhnya, menu makanan gulai kambing merupakan menu yang tergolong mewah bagi masyarakat sekitar.
"Jemaah menjadi meningkat setelah tersebarnya ada menu gulai kambing di Masjid Gedhe," ucap dia.
Meningkatnya jemaah ini sekaligus menjadi kesempatan bagi takmir masjid Kauman kala itu untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat terutama yang hadir ke Masjid Gedhe Kauman. Mengingat pada saat itu masih banyak masyarakat abangan.
"Untuk menarik (jemaah) itu kan termasuk syiar dari pengurus Masjid Gedhe zaman dulu," kata dia.
Baca juga: Mengapa Kunjungan Menteri Israel ke Masjid Al Aqsa Dikecam Dunia?
Namun dalam penyediaan gulai kambing zaman dahulu dengan sekarang ada perbedaan. Zaman dahulu gulai kambing dimasak oleh masyarakat di sekitar Masjid Gedhe Kauman.
"Dulu itu sampai memotong pohon yang ada di depan halaman Masjid untuk tempat memasak," kata dia.
Dahulu kambing juga dipotong secara mandiri oleh masyarakat di sekitar Masjid Gedhe Kauman.
Baca juga: Apakah Sikat Gigi Membatalkan Puasa? Ini Penjelasan MUI
Adanya perubahan zaman ditambah jemaah yang mencapai ribuan, membuat pengolahan menu gulai kambing di Masjid Gedhe Kauman diserahkan kepada katering-katering pilihan.
Takmir Masjid Gedhe Kaumam membentuk tim khusus untuk menyeleksi katering-katering yang mau mengisi menu gulai kambing setiap hari Kamis.
"Kami seleksi, jadi katering tidak hanya yang mengaku bisa masak gulai. Kami seleksi dari perbandingan daging dan jeroannya, bumbunya, kalau yang pakai instan-instan jelas tidak lolos," ujarnya.
Baca juga: Waktu Puasa Dimulai dari Imsak atau Azan Subuh? Ini Penjelasannya
Menarikanya tim khusus dari takmir masjid ini merangking 4 katering yang menyediakan gulai kambing.
Bagi yang mendapatkan urutan pertama, tahun depannya mendapatkan jatah porsi lebih banyak dibanding 3 lainnya.
Tradisi menyediakan menu takjil gulai kambing tiap hari Kamis tak pernah absen di Masjid Gedhe Kauman. Bahkan saat pandemi Covid-19 menu Masjid Gedhe Kauman menyediakan sampai ribuan porsi.
Saat pandemi Covid-19, menu gulai kambing difokuskan dibagikan kepada masyarakat sekitar Masjid Gedhe Kauman ke rumah-rumah secara langsung. Sedangkan masyarakat luar bisa mengambil gulai di halaman masjid dengan cara antre.
Baca juga: Bolehkah Mengonsumsi Obat Penunda Haid bagi Wanita untuk Kelancaran Puasa?
Hal itu diterapkan mengingat pada saat pandemi terapat larangan berkerumun di satu tempat, sehingga membagi-bagi di halmaan menjadi solusi agar tradisi ini tetap berjalan.
"Pasti tiap tahun ada InsyaAllah, waktu Covid-19 saja ada. Covid kita lebih fokus ke penduduk dibagikan melalui RT-RT. Kalau masyarakat luar cuma sedikit saja," paparnya.
Salah satu jemaah, Windu (30) asal Yogyakarta mengatakan dirinya tiap Kamis saat bulan Ramadhan tak pernah absen untuk datang ke Masjid Gedhe Kauman.
"Sengaja ngepasin hari Kamis ada yang menu yang berbeda gulai kambing ini jadi ciri khas. Selalu datang mulai 2012, rutin tiap hari Kamis saat Ramadhan," kata dia.
Ia menambahkan, dirinya rutin datang tiap Kamis saat bulan Ramadhan ke Masjid Gedhe Kauman karena adanya tradisi takjil gulai kambing.
"Ada tradisinya dan unik," pungkas dia.
Baca juga: Berikut Hukum Tidur Setelah Makan Sahur dan Shalat Subuh Saat Puasa Ramadhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.