MATARAM, KOMPAS.com - Warga di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengaku kaget karena harga beras meroket.
Awalnya, harga beras sudah naik menjadi Rp 12.000 per kilogram. Kini harganya mendadak melonjak menjadi Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per kilogram, bahkan nyaris mencapai Rp 20.000. Kenaikan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya dikeluhkan warga.
Dari pantauan Kompas.com di sejumlah pasar tradisional, Selasa (20/2/2024), kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama beras, menyebabkan warga merasakan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan mereka. Kenaikan harga beras ini merata di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram.
Di Pasar Kebon Roek Ampenan, harga beras berjenjang, dari Rp 15.000 yang kualitas medium hingga Rp 16.000 dan Rp 18.000 untuk beras super dan premium.
Baca juga: Pemkot Bima Subsidi Rp 3.000 Per Kilogram untuk Tekan Lonjakan Harga Beras
Rukiah (46), warga Kota Mataram, mengaku biasanya bisa mendapatkan 5 kilogram beras ketika membawa uang Rp 60.000. Kini ia harus mengencangkan ikat pinggang dengan mengurangi pembelian beras demi memenuhi kebutuhan lain yang juga mengalami kenaikan menanjak.
"Gimana lagi, kebutuhan utama beras ini, bagaimanapun harus dibeli, meskipun harganya melangit, susah kami rakyat kecil ini, belum lagi kebutuhan lain, semua naik, tomat saja per biji Rp 2.000, semua naik," keluh Rukiah.
Saat belanja untuk kebutuhan lainnya, Rukiah mengurangi pembelian beras yang mestinya dia beli 5 kilogram diturunkan menjadi 2 kilogram.
Demikian juga dengan Suryani (35), seorang pedagang nasi bungkus di kantin sekolah, mengaku kebingungan menaikkan harga nasi ditengah meroketnya harga beras.
"Kalau harga nasi bungkus saya naikkan, saya akan kehilangan pembeli, tiga hari ini saja saya belum naikkan harga, anak-anak tidak ada yang beli nasi, sangu mereka dikurangi, bawa bekal dari rumah, bagaimana saya mau naikkan harga nasi," kata Suryani.
Masitah yang juga berjualan kopi mengeluhkan naiknya harga beras diikuti dengan harga biji kopi, mencapai Rp 64.000 per kilogram.
"Beras naik, biji kopi ikut naik, saya mau naikkan harga kopi, pelanggan saya bisa hilang," kata Masitah.
Sebagai pembuat kopi bubuk, dia mengunakan campuran beras dan biji kopi, kenaikan harga beras tentu mempenguhi biaya produksi bubuk kopinya, dan untuk menjaga kualitas kopi dia tak mungkin mengurangi salah satu bahan utama kopi bubuknya.
Bukan hanya pembeli, pedagang juga kebingungan dengan kenaikan harga beras. Untuk menurunkan harga beras berkualitas baik tak mungkin dilakukan karena akan sulit terjangkau oleh pelanggannya.
"Beras super premium kini mencapai harga Rp 400.000 per 25 kilogram. Jika diecer terkunci di harga Rp 18.000 per kilogram," kata Jen, pedagang beras dan kebutuhan pokok lainnya.
Tidak hanya harga beras yang meroket, harga sejumlah kebutuhan lain juga ikut naik. Telur ayam ras dan kampung serta ayam potong masing-masing naik Rp 5.000. Ayam potong yang semula bertahan di angka Rp 35.000 menjadi Rp 40.000 per kilo.