Kendati demikian, ia mengaku bersyukur, sebab selama tertahan di Kabupaten Kudus, ia banyak mendapat kiriman makanan dari warga.
"Alhamdulillah dapat kiriman terus dari warga," katanya.
Sopir lain, Rudi (46) mengaku masih satu perusahaan dengan Pranoto dengan tujuan Banten.
"Muat gypsum, mulai kemarin jam dua siang (di sini)," ucapnya.
Kepada Kompas.com, ia berkeluh sampai saat ini belum ada kepastian dari perusahaan, untuk melanjutkan perjalanan dengan biaya tambahan atau putar balik ke Surabaya.
"Ya kalau memang jelas, putar balik aja kita, daripada gini bingung," katanya.
Sementara, sopir yang mengaku bernama Moncum, menilai perusahaan yang memperkerjakannya kurang bertanggungjawab lantaran belum memberi kepastian.
"Barangnya tidak laku jual, tidak tanggung jawab," ucapnya.
Lelaki yang mengaku dari Jawa Timur ini enggan menyebutkan truk yang dikemudikannya memuat apa. Namun ia hanya mengaku ke arah Jakarta.
"Muat biasa kaya yang lain, (mau ke) sana Jakarta," tandasnya.
Baca juga: Update Banjir Demak: 18 Desa di Kecamatan Gajah dan Karanganyar Masih Tergenang
Pantauan di lokasi pada Senin (12/2/2024) siang, jalur Lingkar Kudus terlihat kosong. Padahal saat hari kedua banjir Demak puluhan truk parkir mengular dari perempatan Kencing, Kecamatan Jati.
Pada pukul 11.00 WIB, lokasi banjir dimulai dari Desa Cangkring, memanjang hingga jembatan Tanggulangin Kecamatan Karanganyar.
Kasatlantas Polres Demak, AKP Lingga Ramadhani mengatakan, banjir terparah dimulai dari kilometer (Km) 44 Pantura Demak - Kudus dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
"Masih 50 sampai 150 sentimeter, surut kadang naik turun jalan. Pantura Demak - Kudus Km 44 sampai 46, ada sekitar 3,5 Km lebih," katanya kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Senin (12/2/2024).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.