Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ong Bing Hok, Lestarikan Rumah Arwah yang Hampir Punah

Kompas.com - 26/01/2024, 23:43 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Masyarakat Tionghoa memiliki beragam tradisi kebudayaan yang unik, terlebih saat menjelang perayaan Imlek.

Selain beribadah dan sembahyang, ternyata masyarakat Tionghoa juga memiliki tradisi 'Rumah Arwah' untuk menghormati para leluhur.

Kerajinan unik tersebut bisa ditengok di Rumah Kertas Hok yang terletak di seberang Klenteng Hoo Hok Bio, tepatnya di Gang Cilik, Kawasan Pecinan Semarang.

Baca juga: Mengenal Ciam Si, Tradisi Unik ala Tionghoa untuk Melihat Ramalan Masa Depan

Sejumlah orang tampak berlalu lalang memasuki Klenteng Hoo Hok Bio. Di seberangnya, terlihat satu laki-laki paruh baya duduk di kursi sambil melipat kertas. Ong Bing Hok, itulah namanya.

Ong, sapaan akrabnya, mengaku dirinya merupakan generasi keempat yang melestarikan usaha kerajinan Rumah Arwah atau Rumah Kertas ini.

Dulunya, kerajinan budaya Tionghoa ini dibawa oleh kakek buyutnya bernama Hong Bei pada tahun 1800-an.

Ong menyebut, kakek buyutnya merupakan salah satu pehijrah dari suku Hokkian yang bersauh di Kota Semarang.

"Ini turun temurun, kalau sampai saya berarti sudah generasi keempat. Sejarahnya sudah ratusan tahun. Dulu kan banyak orang hijrah dari Tiongkok ke Indonesia," ucap Ong saat ditemui Kompas.com, Jumat (26/1/2024).

Sesuai namanya, Ong mengatakan, Rumah Arwah ini biasa digunakan untuk sesembahan atau hadiah yang dikirimkan untuk kerabat yang sudah meninggal.

Menurutnya, masyarakat Tionghoa beranggapan bahwa Rumah Arwah ini dapat memberikan kenyamanan bagi para mendiang.

"Maknanya, rumah yang dikirim itu untuk arwahmya. Dikirim supaya hidup disana tidak kekurangan. Makanya kalau ngirim rumah ada syaratnya," tutur dia.

Tidak hanya sekadar rumah, ada syarat mengirim Rumah Arwah yaitu disertai pula dengai isiannya.

Di antaranya, gunung emas, gunung perak, gunung uang, gudang harta, gudang pakaian, koper, mobil-mobilan, dan masih banyak lainnya.

"Kemarin juga ada yang minta dibikinkan ada restonya. Pokoknya barang-barang yang memang melekat dengan mendiang," jelas Ong.

Bahkan, Ong menyebut, rumah-rumahan tersebut juga harus disertai surat rumah. Nantinya, surat rumah 'Rumah Arwah' akan dituliskan Ong diatas kertas.

Baca juga: Menilik Keunikan Budaya Tionghoa dalam Rupa Muka Pecinan Semarang

Uniknya, seluruh bagian Rumah Arwah itu disusun menggunakan bambu, kertas, dan lem gandum. Termasuk pernak-pernik di dalamnya, seperti baju, sandal, koper, televisi, dan masih banyak lagi.

"Waktu pengerjaannya macem-macem. Ada yang 4 hari sudah jadi, kalau rumahnya besar ya bisa sampai 15 hari," ungkap dia.

Pasalnya, satu Rumah Arwah itu dijual dengan harga yang beragam. Mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 12,5 juta berdasarkan ukuran dan kesulitan.

Dalam satu minggu, Ong menyebut, dapat menyelesaikan 3 hingga 7 rumah-rumahan, sesuai pesanan dari pelanggan.

"Pelanggan hampir dari seluruh Jawa Tengah pasti tau, dan pesannya ke sini. Kemarin baru saja kami kirim ke Yogyakarta," tutur Ong.

Tak lekang oleh zaman

Di samping itu, Ong mengatakan, usaha Rumah Arwah turun temurun itu pernah sempat berhenti pada era Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Dirinya menyebut, masa-masa Orde Baru disebut masa paling suram bagi masyarakat Tionghoa. Lantaran, semua hal yang berbau Tionghoa, seperti klenteng, sekolah, dan usaha perekonomian warga disita habis-habisan oleh Soeharto.

Baca juga: Kisah Serma Jong A Piaw, Warga Keturunan Tionghoa yang Jadi Buruan Tentara Belanda

"Tapi setelah masuk ke zaman Gus Dur, akhirnya bangkit lagi. Gus Dur sudah dianggap sebagai bapak angkatnya masyarakat Tionghoa, karena menjadi penyelamat," ucap lelaki kelahiran 1949 itu.

Kendati demikian, Ong berharap, nantinya kebudayaan Rumah Arwah ini masih tetap terus lestari dan selalu dicari oleh generasi muda saat ini.

"Dalam pandangan saya, tradisi kebudayaan itu tidak bisa dihitung nilainya. Kalau bisa ya jangan sampai hilang," pungkas Ong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubernur Riau Berupaya Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Pj Gubernur Riau Berupaya Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Regional
Cerita Perawat di NTT, Berjalan Kaki Belasan Kilometer demi Selamatkan Ibu Melahirkan Bayi Kembar di Pelosok Manggarai Timur

Cerita Perawat di NTT, Berjalan Kaki Belasan Kilometer demi Selamatkan Ibu Melahirkan Bayi Kembar di Pelosok Manggarai Timur

Regional
Sempat Jadi Tersangka, Warga Jambi Pembunuh Begal Akhirnya Dibebaskan

Sempat Jadi Tersangka, Warga Jambi Pembunuh Begal Akhirnya Dibebaskan

Regional
KPU Pastikan Pilkada Kendal Tidak Diikuti Calon Independen

KPU Pastikan Pilkada Kendal Tidak Diikuti Calon Independen

Regional
Eks Komisioner KPU Batal Daftar Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Batal Daftar Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Komplotan Maling Minimarket di Semarang Masih Bocah, Kasus Berujung Damai

Komplotan Maling Minimarket di Semarang Masih Bocah, Kasus Berujung Damai

Regional
Terlindas Mobil Pemadam, Petugas Damkar di Tegal Kritis

Terlindas Mobil Pemadam, Petugas Damkar di Tegal Kritis

Regional
Calon Perseorangan Serahkan Bukti Dukungan untuk Pilkada Pandeglang dan Tangerang

Calon Perseorangan Serahkan Bukti Dukungan untuk Pilkada Pandeglang dan Tangerang

Regional
Cerita Siswa SMA di Ende Tiap Hari Belajar Tanpa Meja

Cerita Siswa SMA di Ende Tiap Hari Belajar Tanpa Meja

Regional
Siswa SMA Tewas Tenggelam di Kolam Renang Wisata TTU, Sempat Minta Direkam

Siswa SMA Tewas Tenggelam di Kolam Renang Wisata TTU, Sempat Minta Direkam

Regional
Duka Korban Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar: Ibu Saya Tak Bisa Diselamatkan...

Duka Korban Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar: Ibu Saya Tak Bisa Diselamatkan...

Regional
Korban Banjir Sumbar Terseret Air 72 Km, dari Padang Panjang sampai Padang

Korban Banjir Sumbar Terseret Air 72 Km, dari Padang Panjang sampai Padang

Regional
Dimediasi di Polda Riau, Rektor Unri Berdamai dengan Mahasiswa yang Dilaporkan

Dimediasi di Polda Riau, Rektor Unri Berdamai dengan Mahasiswa yang Dilaporkan

Regional
Dapat Restu Ketum PKB, Gus Yusuf Dipastikan Maju Pilkada Jateng

Dapat Restu Ketum PKB, Gus Yusuf Dipastikan Maju Pilkada Jateng

Regional
Ketahuan Curi Motor, Maling Ini Dihajar Warga Saat Sembunyi di Sawah

Ketahuan Curi Motor, Maling Ini Dihajar Warga Saat Sembunyi di Sawah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com