Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinkes: Kelumpuhan Akibat Polio Tak Bisa Diobati, Masyarakat Harus Sadar Imunisasi

Kompas.com - 24/01/2024, 17:13 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar menegaskan, kelumpuhan akibat terserang polio tidak bisa diobati dan kembali normal.

Hal itu disampaikan saat menghadiri agenda komunikasi risiko dalam merespon kejadian polio di Jateng yang digelar UNICEF di kompleks Balai Kota Semarang, Rabu (24/1/2024).

Baca juga: Imunisasi Polio Capai 88,7 Persen, Klaten Peringkat Kedua Terbanyak di Jawa Tengah, Pertama Kota Tegal

"Memang ada satu kasus polio di Klaten yang memiliki riwayat perjalanan dari Pamekasan Madura. Penanganan tetap lanjut. Karena kita perlu waspada, kita menjaga agar jangan sampai ada kasus polio," kata Yunita.

"Sampai hari ini walau sudah dilakukan pengobatan, karena kelumpuhan itu saraf ya, jadi tidak bisa kembali normal," sambungnya.

Oleh karena itu, berkaca dari terjadinya satu kasus positif polio di Kalten, dia mendorong kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi polio untuk anaknya yang berusia di bawah 7 tahun.

"Makanya kita sangat menyayangkan kalau orang tua itu nggak vaksinasi, padahal ini gratis. Kalau sampai tidak membawa anaknya ke tempat pos imunisasi, kalau (kena) sistem syaraf itu kan sulit ya," tegasnya.

Yunita mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat karena orang tua sibuk bekerja atau tidak tinggal di rumah bersama anaknya. Sehingga tidak mengetahui adanya informasi imunisasi polio.

Kendati demikian, dia memastikan informasi itu sudah disampaikan lewat posyandu, puskesmas, IDAI, ormas islam, hingga organisasi masyarakat lainnya.

Untuk itu pihaknya berinisiatif melakukan jemput bola dari rumah ke rumah atau sweeping untuk memastikan semua anak di Jateng telah mendapat vaksin dan terbebas dari risiko polio.

Pasalnya semakin banyak anak yang sudah vaksin atau imunisasi, maka akan terbentuk kekebalan kolektif dari anak-anak.

"Upaya jemput bola itu sweeping, ke rumah-rumah, mana yang masih ada balita, ada yang umur 7 tahun (akan divaksin). Kalau di sekolah lebih mudah, karena anak-anak sudah sekolah jadi lebih mudah. Sekali lagi kita dorong dan pastikan kalau semua anak sudah diimunisasi polio," jelasnya.

Yunita mengakui butuh edukasi lebih lanjut, serta kesabaran untuk menyampaikan pencegahan polio pada anak dengan memberikan imunisasi polio.

Baca juga: Soal Penolakan Vaksinasi Polio di Solo, Dinkes: Belum Ada Laporan

Sementara itu dari 35 kabupaten/kota, capaian tertinggi Boyolali yang tembus 113 persen dari target sasaran.

Lalu masih ada tujuh kabupaten/kota yang capaian vaksinasinya belum 95 persen. Di antaranya, Solo, Semarang, Pekalongan, Wonogiri, hingga Temanggung.

Terendah di Temanggung sebanyak 89 persen. Meski hanya selisih sedikit, tetapi angka itu penting untuk dicapai.

"Faktor yang terjadi di sana dia pencapaiannya lebih dari 89 tapi input datanya belum selesai itu jadi gap (jarak)," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Soal 'Study Tour', Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Soal "Study Tour", Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Regional
Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Regional
Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Regional
Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Bocah SD di Baubau Terekam CCTV Mencuri Kotak Amal, Uangnya untuk Beli Makan

Bocah SD di Baubau Terekam CCTV Mencuri Kotak Amal, Uangnya untuk Beli Makan

Regional
Pemprov Babel Luncurkan Gerakan Eliminasi Kemiskinan dan 'Stunting'

Pemprov Babel Luncurkan Gerakan Eliminasi Kemiskinan dan "Stunting"

Regional
Jokowi ke Sumbar Besok, Kunjungi Korban Banjir Lahar di Agam dan Tanah Datar

Jokowi ke Sumbar Besok, Kunjungi Korban Banjir Lahar di Agam dan Tanah Datar

Regional
Kronologi Guru di Jombang Jadi Tersangka Usai Siswa Cedera karena Bermain di Kelas

Kronologi Guru di Jombang Jadi Tersangka Usai Siswa Cedera karena Bermain di Kelas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com