Selanjutnya, sejak tahun 1905 sampai sekarang klenteng ini dikenal dengan nama Kelenteng See Hien Kiong.
Nama Kelenteng See Hien Kiong mengandung makna bahwa masyarakat akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan ketika ada di dalamnya.
Kelenteng juga menjadi tempat orang mencari obat jika sakit, memberi keberuntungan bagi para pedagang, dan menjadi tempat memulai kehidupan baru.
Kelenteng ini kemudian kembali berdiri kokoh selama beberapa waktu, hingga pada 30 September 2009 bangunan kelenteng sebagian hancur karena diguncang gempa bumi berkekuatan 7,6 SR.
Pasca gempa, aktivitas keagamaan Tri Dharma di Kota Padang sementara menggunakan bangunan sementara yang dibangun di depan kelenteng lama.
Ruang kanan dan kiri kelenteng yang runtuh membuat bangunan induk nyaris tak bersisa.
Hingga akhirnya, para tuako dan warga Tionghoa sepakat mendirikan Kelenteng See Hin Kiong baru pada Desember 2010 di seberang jalan kelenteng lama.
Hal ini diperparah karena pada 25 Juni 2016 terjadi musibah ambruknya bagian atap kelenteng lama karena diterjang angin kencang disertai hujan lebat.
Sehingga bangunan Kelenteng See Hien Kiong lama yang merupakan bangunan cagar budaya Kelas A Kota Padang kemudian difungsikan sebagai museum.
Bangunan lama Kelenteng See Hien Kiong yang lama memiliki dua pintu masuk di halamannya.
Salah satu pintu berhadapan dengan sebuah kolam persegi yang berada tepat di tengah halaman kelenteng.
Kolam tersebut mempunyai dua buah patung naga yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah guci besar.
Ada juga sebuah jembatan yang dibangun untuk menghubungkan kedua patung naga tersebut.
Selanjutnya, pada bagian depan bangunan induk terdapat dua buah tempat pembakaran hio (perabuan).
Masuk ke dalam bangunan induk klenteng terdapat tiga ruangan, yaitu ruangan utama berada di tengah, ruang semedi di sisi kanan, serta ruang perkantoran di sisi kiri.