PURWOREJO, KOMPAS.com - Poniyah (69), warga Kelurahan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah telah memasuki usia senja.
Di usia senjanya, kebugaran tubuhnya semakin berkurang dibandingkan saat ia masih muda.
Berbagai macam penyakit mulai menyerang, sehingga ia pun rutin berobat untuk menjaga kondisi kesehatannya. Namun, takdir memang tak bisa ditolak.
Ia menderita penyakit tumor yang ia derita sejak beberapa tahun yang lalu.
“Tentu di usia yang tidak muda, risiko terkena penyakit lebih besar, saya rutin berobat karena menderita tumor,” ungkap Poniyah saat ditemui di rumahnya pada Senin (15/1/2024).
Baca juga: Jadi Petugas Sortir Surat Suara, Aris: Lebih Baik dan Bersih daripada Jadi Kuli
Baca juga: 58.000 Warga Miskin Brebes Dicoret dari Program JKN, Ini Penjelasan Dinkes
Ibu rumah tangga ini tidak keberatan untuk menceritakan awal mulanya ia divonis tumor.
Sekitar dua tahun lalu, ada benjolan yang muncul di bagian tangan dan kakinya. Ia menganggap benjolan itu tidak berbahaya karena ia tidak merasakan sakit apa pun.
Namun selang beberapa waktu, ia merasakan sakit nyeri yang terus menerus pada benjolan di tangan dan kakinya tersebut.
Dua benjolan sekaligus ini membuatnya khawatir.
"Karena sakitnya tidak tertahan lagi, saya periksakan ke dokter, keluarga saya menggunakan JKN. Dokter saat itu langsung memberi rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, " cerita Poniyah.
Baca juga: Nenek Kaswiyah yang Sering Pukul Kayu saat Lapar Dirujuk ke Panti Lansia Brebes
Setelah dirujuk ke rumah sakit, diketahui dua benjolan di tangan dan kakinya tersebut adalah tumor.
Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel-sel tubuh tumbuh secara berlebihan.
Kondisi ini terjadi ketika sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan hidup, sementara pembentukan sel-sel baru terus terjadi. Tumor dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun dan dapat bersifat jinak atau ganas.
Yang terjadi pada Poniyah, tumor yang tumbuh adalah tumor yang bersifat ganas sehingga harus dilakukan tindakan operasi berdasarkan hasil pemeriksaan medis yang dilakukan di rumah sakit.
“Setelah diperiksa di rumah sakit, dokter memberitahu harus segera dioperasi karena dapat berbahaya jika tidak dilakukan tindakan medis secepatnya. Jujur saat itu saya cuma bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan untuk kelancaran operasi saya,” bebernya.
Baca juga: Terbukti Korupsi Dana Kapitasi JKN, Mantan Bendahara Puskesmas Karangploso Ditahan
Pengalaman menjalani operasi menjadi hal yang tak pernah ia lupakan. Selain alasan keselamatan karena harus masuk kamar operasi, biaya menjadi salah satu hal yang paling ia pertimbangkan karena ia hanya seorang ibu rumah tangga.
Kekhawatiran Poniyah bukan tanpa alasan karena menurut informasi yang ia dapatkan dari keluarganya, biaya operasi membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
“Biaya operasi tidaklah murah, perlu persiapan dana dengan cara menabung bagi sebagian masyarakat seperti saya ini,” ucapnya.
Yang disampaikan Poniyah pun terbukti.
Setelah menjalani operasi, Poniyah pun mendapatkan perincian pembayaran dari rumah sakit yang isinya jumlah tagihan operasinya. Tidak tanggung-tanggung biaya operasinya menembus angka puluhan juta rupiah.
Baca juga: Penjelasan BPJS Kesehatan soal Peserta JKN yang Meninggal Dunia Harus Datang ke Kantor Cabang
Beruntungnya, seluruh tagihannya saat itu ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga tagihannya menjadi nol rupiah.
"Alhamdulillah, saya terdaftar JKN yang didaftarkan oleh pemerintah sehingga saya tidak kesulitan terkait biaya operasi tumor saya kala itu, saya sangat salut dengan program JKN," kata dia.
Poniyah juga mengungkapkan bahwa program JKN juga telah banyak membantu para warga sekitar tempat ia tinggal yang juga terkena kanker, diabetes, dan jantung.
Baca juga: Korupsi Dana JKN, Eks Bendahara Puskesmas di Medan Dituntut 7,5 Tahun Penjara
Menurutnya, program JKN dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Kualitas pengobatan menggunakan program JKN juga sudah sudah sangat baik.
"Mulai dari berobat di dokter keluarga sampai harus dirujuk ke Rumah Sakit Permata Medika, alhamdulillah, pelayanannya sangat memuaskan karena tidak ada biaya sepeser pun yang ia keluarkan selain untuk akomodas pribadi,” ungkapnya.
Bukan hanya dirinya yang selalu mengandalkan program JKN, anak keduanya saat berobat ke dokter pun tidak luput menggunakan JKN.
Hampir sebagian besar masyarakat telah berobat menggunakan JKN. Hal itu mencerminkan bahwa masyarakat percaya pada program pemerintah ini.
"Keluarga saya kalau sakit pasti menggunakan progam JKN ini dan saya yakin warga daerah sini pun begitu. Kita harus terus mendukung program JKN agar bisa terus membantu masyarakat," tutup Poniyah.
Baca juga: 10 Kasus Korupsi dengan Kerugian Negara Terbesar di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.