Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Nilai Aksi Mahasiswa Tolak Rohingya di Aceh Terorganisir

Kompas.com - 28/12/2023, 17:10 WIB
Zuhri Noviandi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Akademisi Universitas Presiden, Nino Viartasiwi, menduga aksi mahasiswa yang mengangkut paksa pengungsi Rohingya dari gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) terorganisir.

"Kemarin itu saya lihat mahasiswa itu pakai truk, saya sangat penasaran ingin menanyakan, itu truk dari mana, siapa buatkan poster, siapa yang menyewakan truk dan tujuannya apa, artinya indikasinya organisir," kata Nino saat menjadi pembicara dalam diskusi secara daring yang digelar koalisi masyarakat sipil, Kamis (28/12/2023).

Nino melihat, dalam kasus penolakan pengungsi Rohingya adanya pengaruh dari narasi yang berkembang di media sosial.

"Mahasiswa ketika ditanya alasan demo apa, mereka merujuk kepada sosial media bukan bagaimana dia merespons situasi sosial yang terjadi di sekelilingnya. Jadi idenya itu dari luar, bukan karena dia secara kritis melihat apa yang terjadi di masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Kronologi Mahasiswa Usir Pengungsi Rohingya di Banda Aceh

Menurut Nino, sikap itu sebenarnya konsisten dengan perilaku Gen Z.

Gen Z yang merupakan digital native, menggantungkan hidupnya dengan informasi-informasi digital.

"Jadi kita tidak boleh lagi menganggap remeh informasi digital, dan juga hate speech serta framing yang ada di sosial media," sebutnya.

Di sisi lain, Nino melihat apa yang terjadi di sosial media saat ini juga seperti terorganisir, tujuannya jelas menolak pengungsi Rohingya. Ada upaya fear mongering (kampanye menjual ketakutan).

"Saya tidak tahu mengapa dan siapa yang berada di belakang ini," katanya.

Sementara itu, Nino mengakui Indonesia bukan negara penandatangan konvensi pengungsi sehingga tidak punya tanggung jawab.

Baca juga: KontraS Minta Pemerintah Pusat Bersikap Tegas untuk Mengurai Kisruh Rohingya di Aceh

Namun, Indonesia punya banyak sekali instrumen hukum dan regulasi mengikat pada tanggungjawab pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia.

"Sila kedua Pancasila, pembukaan UUD 1945 alinea keempat, batang tubuh Pasal 28 J UU 1945, dan UU HAM, kurang apa. Kenapa hanya satu regulasi internasional atau konvension yang tidak kita ratifikasi menjadi alasan terus. Sebetulnya apa agenda ini, mengapa seperti itu kebijakan politik luar negeri ini," katanya.

"Saya rasa ini adalah indikasi betapa berbahayanya sosial media mengingat bagi generasi Gen Z ini adalah hidup mereka. Perilaku mahasiswa di Aceh yang ternyata alasannya bukan karena dia merespons isu sosial seperti generasi sebelumnya, ketika mereka bergerak dan berbuat merespons isu politik, misalnya itu karena dia meliat sosial yang Gen Z tidak," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com