Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahmat Pulungan: Jokowi dan Prabowo Disatukan Narasi Besar Indonesia Maju dan Tangguh

Kompas.com - 04/11/2023, 09:32 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Aktivis 98 Rahmat Hidayat Pulungan menganalisis bahwa bertemunya Jokowi dan Prabowo itu diikat dalam persamaan narasi narasi besar tentang Indonesia.

Menurut Rahmat, Jokowi dan Prabowo disatukan dalam narasi besar Indonesia maju dan tangguh.

"Tidak ada negara besar tanpa narasi besar. Narasi besar akan sangat penting karena akan menjadi spirit bersama, mengonsolidasikan potensi, arus utama, dan meminimalisasi fragmentasi dalam negeri. Kita bisa lihat Amerika, China, Korea, Uni Emirat, dan negara maju lainnya. Semua negara besar pasti punya narasi besar yang bisa mempersatukan rakyatnya dalam titik tertentu," kata Rahmat kepada Kompas.com via pesan WhatsApp, Sabtu (4/11/2023).

Seorang presiden dan calon presiden, lanjut Rahmat, perlu punya kesinambungan dalam narasi besar tentang Indonesia, sehingga hal itu bisa mempercepat proses kemajuan dan keberalanjutan Indonesia.

Baca juga: Puluhan Sopir di Purbalingga Pasang Gambar Prabowo-Gibran di Pantat Truk

"Hari ini yang punya narasi besar itu Jokowi dan Prabowo. Negara kita ini terlalu plural: multietnik, agama dan bahasa. Bahkan, secara geografis sangat luas dan unik. Fragmentasi yang terjadi juga cukup serius dengan latar yang beragam dan menarik untuk dipahami," ujar tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) ini.

Pilpres 2024 ini dengan tiga pasang capres-cawapres secara sederhana dapat dikelompokkan dengan tiga pendekatan, yaitu berbasis gagasan, nilai dan kepentingan.

Pengelompokan pertama, kata Rahmat, adalah mereka yang bertemu karena kekuatan gagasan. Kedua mereka berkumpul karena persamaan nilai, dan ketiga mereka berjuang karena pertemuan kepentingan.

Menurut Rahmat, yang mengintegrasikan Jokowi dan Prabowo itu ada pada gagasan dan narasi besar untuk Indonesia maju dan tangguh.

"Nilai dan budaya itu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan gagasan yang kuat. Sesuatu yang dulu naif atau aneh, sekarang berubah, semua dianggap biasa saja. Itulah yang namanya dinamika dan perkembangan zaman sesuai kaidah ushul fikih menjaga nilai-nilai lama sekaligus berinovasi dan menerima nilai-nilai baru yang baik," katanya.

Baca juga: Sandiaga Uno Optimistis Menangkan Ganjar-Mahfud Meski Prabowo Berduet dengan Gibran

Rahmat berpendapat apa yang dikerjakan Jokowi, jika menggunakan standar nilai-nilai dan budaya lama kita, sebenarnya sering berbenturan.

"Makanya banyak nilai dan budaya baru dalam pemerintahan Jokowi. Ini terjadi karena gagasan yang kuat dan nilai serta budaya berkembang menyesuaikan zaman," jelasnya.

Rahmat meyakini, gagasan yang kuat, nilai-nilai baru dan kepentingan strategis akan bersatu dalam narasi besar Indonesia maju dan tangguh.

Narasi besar itu kemudian menjadi energi bagi Jokowi untuk melakukan gebrakan yang sangat berani. Misalnya Jokowi berani mengakuisisi Freeport, Vale dan banyak perusahaan asing lain yang menguasai sumber daya alam (SDA). Lalu menghentikan ekspor bahan baku dan memaksa hilirisasi yang merupakan langkah strategis bagi Indonesia.

"Dan, ini memaksa kita bergerak cepat dalam semua hal, baik sumber daya manusia, regulasi, dan lainnya," jelasnya.

Baca juga: Khofifah Diduga Beri Sinyal Dukungan untuk Prabowo-Gibran

Usaha membuat kereta cepat, menurut Rahmat, adalah simbolisasi negara maju. Sebenarnya, langkah dan usaha membuat kereta cepat adalah simbolisasi yang sedang dilakukan Jokowi bahwa Indonesia siap menjadi negara maju.

"Saat ini pesawat bukan sebuah simbol kemajuan. Negara berkembang, maju, miskin atau kaya pasti punya pesawat. Justru yang melambangkan kemajuan itu adalah kereta cepat. Kereta cepat adalah simbol negara maju, karena tidak semua negara memiliki kereta cepat. Di Asia Tenggara kita yang pertama," tandas Rahmat.

Rahmat juga menilai, secara sederhana setiap kunjungan atau acara kenegaraan, ketika Jokowi bersalaman dan berdiri sejajar dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Presiden UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) dan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammad bin Salman Al Saud (MBS), itu memberi sebuah pesan kuat ke seluruh dunia bahwa Indonesia bukan negara kelas dua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Regional
Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com