Bila wanita sudah diculik, biasanya orangtuanya setuju kendati pun sangat terpaksa.
Satu prinsip yang dipegang oleh orangtua wanita adalah tidak mau malu dengan tetangga atau bahkan lebih menjaga putri mereka untuk tidak menjadi bahan pergunjingan tetangga dengan stempel “sudah ternoda”.
"Bisa saja orangtua wanita merebutnya kembali tapi akibat lebih lanjut adalah puteri mereka “tidak laku lagi," kata dia.
Biasanya pada alasan ini haruslah keluarga pihak pria lebih superior daripada keluarga wanita.
Superior dalam banyak arti seperti punya pengaruh dan kedudukan dalam masyarakat dan keluarga kaya.
Dia menjelaskan, pasangan kawin paksa bila telah melewati beberapa tahun hidup bersama baik-baik saja.
Baca juga: Kronologi Perempuan di Sumba Barat Daya NTT Jadi Korban Kawin Tangkap
"Rupanya berlaku pribahasa Jawa witing treso jalaran suko kulino, atau cinta tumbuh dan mekar seiring waktu. Namun patut dicatat bahwa kelanggengan sebuah perkawinan tidak ditentukan oleh persiapan lama dan melewati prosedur normal sebagaimana adat istiadat setempat mengharuskannya, juga tak bisa kita berkata bahwa kawin paksa, tangkap atau culik pasti tak langgeng,"imbuhnya.
Nyatanya kata dia, ada banyak pasangan yang melalui persiapan dan prosedur, akhirnya ambruk juga di tengah jalan.
Sedangkan, pasangan yang awalnya karena terpaksa akibat perkawinan tidak normal, tetapi rumah tangga mereka langgeng sampai kakek-nenek. "Kalau bahagia ini soal lain lagi," ujarnya.
Satu hal pasti sebut dia, kawin tangkap di Sumba tidak pernah terjadi pada orang asing yang tidak dikenal.
Kawin paksa, hanya terjadi dalam satu suku atau antar-suku dengan catatan sudah saling kenal, atau salah satu pihak biasanya pria sudah lama mengincar wanita.
"Jangan khawatir untuk orang luar Sumba yang ingin berkunjung ke Sumba. Pasti aman. Tak pernah terjadi orang dari luar Sumba diculik atau kawin paksa. Oleh karena itu orang yang datang dari luar Sumba sebagai pengunjung jangan khawatir ajak pacar, istri atau putrinya berlibur di Sumba," ajaknya.
Baca juga: Viral, Video Kawin Tangkap di Sumba, Polisi: Pelaku dan Korban Pacaran
Gereja Katolik Sumba dan juga Gereja Kristen Sumba (GKS) tidak menjadikan kawin tangkap sebagai kebijakan pastoral.
Bahkan menurutnya, sangat jarang dibicarakan karena tidak sesering dulu lagi dan juga mereka yang kawin lari masih kebanyakan yang menganut aliran kepercayaan Marapu (agama asli orang Sumba).
Kalau akhir-akhir ini marak terjadi kawin paksa, gereja perlu menyampaikan suara kenabiannya bahwa ini bukan perkawinan normal dan tak dikehendaki gereja.