KULON PROGO, KOMPAS.com –Tanah berlubang di samping rumah Mbah Karyo Dimejo (70) pada Pedukuhan Popohan, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diameter mulut lubang itu sekitar lima hingga enam meter. Kedalamannya tidak bisa diperkirakan.
"Jerone kurang pirso. Pring dijegorke silep (kedalamannya tidak diketahui. Bambu dimasukkan saja tenggelam)," kata Karyo di rumahnya, Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Seekor Sapi Terperosok di Lubang Got Kota Yogyakarta, Damkar Turun Tangan Evakuasi
Lansia ini mengaku tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Ia selalu berbicara dalam bahasa Jawa.
Lubang berada tepat di samping rumah gedhek atau anyaman bambu, tempat tinggal Mbah Karyo ukuran 6x9 meter persegi. Dinding anyaman bambu ke mulut lubang itu hanya jarak dua kali melangkahkan kaki.
Lubang menganga ditutup terpal biru dengan tulisan Kementerian Sosial RI. Agar tidak jatuh, terpal ditahan lonjoran bambu yang melintang di atas lubang.
Satu lembar terpal lebar itu bahkan hanya mampu menutup separuh mulut lubang. Selebihnya, Karyo menutup dengan dahan pohon kelapa yang kering.
“Kadang pitik liwat mriki. Ora malah njegor (Sesekali ayam lewat, biar tidak langsung masuk lubang),” kata Mbah Karyo.
Baca juga: Truk Masuk Lubang Galian Drainase Buat Macet di Lembang, Polisi Lakukan Rekayasa Lalu Lintas
Lubang muncul begitu saja beberapa bulan lalu.
Ia terkejut dan meminta bantuan tetangga dan kepala dusun. Banyak pihak dan warga membantu. Namun, tidak ada yang sanggup menutup lubang ini.
Karyo, lansia yang tinggal sendirian di rumah gedhek pada luasan lahan sekitar seperempat hektar. Rumah berada di kemiringan ekstrem Bukit Menoreh.
Tanah di bagian atas berupa jalan semen dan kebun ketela. Di lahan ini juga ada pohon kelapa, asam, sedikit pohon jati, dan buah.
Mbah Karyo mengatakan, istrinya sudah meninggal dunia sejak empat tahun silam. Kelima anaknya hidup bersama keluarga mereka di luar kota, baik di Kalurahan Bendungan, Wates, di Bantul, dan ada yang di Sumatera.
“Sok sok bali. Lebaran wingi yo bali (sesekali pulang. Lebaran kemarin mereka pulang),” kata Karyo.
Mbah Karyo menceritakan, ia tetap berjuang menutup lubang meski sendiri. Tubuhnya yang renta dan bungkuk masih kuat mengayunkan pacul dan menggeser batu.