Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ustazah Tolong 29 Santriwati Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes: Saya Dikira Menghasut

Kompas.com - 01/06/2023, 08:41 WIB
Susi Gustiana,
Khairina

Tim Redaksi


SUMBAWA, KOMPAS.com- Saat kabur lewat jendela belakang asrama, puluhan santriwati yang diduga dicabuli pimpinan pondok pesantren di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat langsung menuju rumah ustazahnya.

Kebetulan, rumah ustazah berada di belakang asrama santriwati di pondok. Hingga ustazah yang menjadi saksi itu dituduh menghasut para korban.

"Saya kaget. Puluhan santriwati kabur ke rumah saya," kata J (28) yang ditemui Rabu (31/5/2023).

Baca juga: Tangis Korban Pencabulan Pimpinan Ponpes di Sumbawa: Saya Dilecehkan Motif Pengobatan Ruqyah
Setelah itu, ia mengajak para santriwati masuk ke rumah dan mendengarkan cerita mereka.

Namun, pertolongan yang ia berikan itu disebut lain oleh para pihak. Ia dituduh sebagai kambing hitam yang menghasut santriwati hingga mereka kabur dari pondok.

Sebelum kabur dari pondok, sambungnya, beberapa santriwati pernah bercerita melalui pesan WhatsApp atas peristiwa dugaan kekerasan seksual yang dialami.

Ia sempat menceritakan ke rekan guru. Dari hasil diskusi, mereka percaya pimpinan ponpes akan berubah dan tidak lakukan pencabulan lagi seiring waktu.

Namun, santriwati terus menceritakan berbagai modus pencabulan yang dilakukan terduga pelaku.

Ia dan beberapa rekan guru membuat agenda rapat untuk melaporkan kasus yang dialami santriwati kepada kepala sekolah.

Baca juga: Pimpinan Ponpes Diduga Cabuli 29 Santriwati, Korban Kabur Lewat Jendela dan Picu Kemarahan Warga

Takdir berkata lain. Rapat yang dijadwalkan Senin sore terpaksa batal saat ia mendapati puluhan santriwati sudah kabur dari pondok ke rumahnya.

Setelah itu, santriwati pamit pulang ke rumah masing-masing dan tidak mau kembali ke ponpes.

Selang beberapa jam pascakepulangan santriwati, warga menyerang ponpes dengan batu. Polisi bergerak cepat mengamankan TKP.

"Saya diamankan Babinkamtibmas dan Babinsa dari Labangka ke Sumbawa," ungkap J.

Ibu santriwati lapor polisi

Hadijah (40), salah satu ibu santriwati mengatakan anaknya pulang ke rumah dalam keadaan sakit.

"Saat anak saya pulang, waktu itu sedang di ladang. Suami saya nelepon beritahu bahwa ada anak pulang. Saya kaget, karena tidak ada jadwal libur," kata Hadijah.


Ia menceritakan apa yang dialami sang anak di pondok.

"Awalnya saya sulit percaya, tetapi anak saya bilang dapat pelecehan dari Abah," cerita Hadijah.

Bersama sang suami, Hadijah kemudian melaporkan apa yang dialami anaknya ke Polres Sumbawa.

"Anak saya tidak mau balik ke pondok lagi," sebut Hadijah.

Korban dan saksi didampingi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Sumbawa, Sekretaris LPA Fatriaturahmah mengatakan pendampingan korban dan saksi lebih penting karena dugaan kekerasan seksual ini memunculkan intimidasi dari berbagai pihak apalagi dilakukan oleh pimpinan pondok.

"Prioritas kami melindungi korban dan santri," kata Atul yang ditemui Rabu (31/5/2023).

Berawal saat salah satu santriwati mengalami menstruasi kemudian pimpinan ponpes ingin membantu menyembuhkan tetapi dengan cara menginjak paha santriwati.

Melihat hal itu santriwati lain yang melihat peristiwa tersebut langsung ketakutan karena mereka menganggap bahwa yang diinjak itu adalah kelamin.

Sebelumnya semua santriwati pernah mendapatkan kekerasan seksual dari pimpinan ponpes dengan beragam cara.

Ada yang dengan sentuhan fisik maupun dengan ucapan berbau seksual ada juga yang diraba hingga dicium. Setiap istirahat semua santriwati bercerita akan apa yang mereka alami.

Ternyata semua santriwati yang ada di situ mengalami kekerasan seksual meskipun belum mendapatkan tindak kekerasan berupa pemerkosaan, tetapi mereka mendapatkan semua kekerasan seksual lainnya.

Dari pelecehan yang dilakukan pelaku hingga membuat santriwati ketakutan dan masuk ke dalam asrama dan mengunci pintu.

"Pimpinan ponpes mengejar mereka dan sempat mengancam akan memukul mereka jika tidak membuka pintu kamar asrama," jelas Atul sapaan akrab perempuan aktivis ini.

Pesantren ini baru berdiri tahun 2022 pada bulan Juli ini baru berusia 1 tahun. Pada angkatan pertama ada 29 santriwati.

Menurut keterangan santriwati, pimpinan ponpes bebas masuk ke dalam asrama santriwati hingga melakukan kekerasan seksual di dalam asrama dalam bentuk ciuman maupun belaian.

Sebab panik, semuanya mencari jalan keluar lewat jendela dan pintu belakang. Ada juga yang memanjat tembok hingga ada salah satu santriwati ada yang terluka terkena beling.

Mereka melarikan diri ke rumah ustazah yang kebetulan dekat di belakang pondok.

"Anak-anak ini belum ujian kenaikan kelas. Rencananya mereka akan ujian kenaikan kelas pada Senin ini. Tapi tidak mau balik ke sekolah dan pondok itu," pungkas Atul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com