PONTIANAK, KOMPAS.com - Seorang anak berusia 9 tahun diduga menjadi korban malapraktik oleh seorang dokter di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) saat menjalani proses khitan.
Korban mengalami kerusakan fisik pada penis serta lubang saluran berpindah ke bagian bawah. Sejumlah mediasi yang digelar gagal. Korban pun membuat laporan kepolisian.
Ibu korban, Popi mengatakan, peristiwa tersebut terjadi medio April 2022. Saat itu, Popi membawa anaknya ke salah satu klinik dokter Jalan Tanjungpura, Pontianak untuk dikhitan.
Baca juga: Mediasi Dugaan Malapraktik Dokter Khitan Anak 9 Tahun Gagal, Korban Minta Rp 300 Juta
Sehari sebelum khitan, dokter mengirimkan sejenis salep untuk putranya, dengan arahan untuk digunakan 20 menit sebelum datang ke klinik.
“Salep itu agar saat disuntik, anak tidak sakit,” kata Popi kepada wartawan, Selasa (23/5/2023).
Menurut Popi, saat proses khitan berlangsung, si anak sempat menangis. Kemudian setelah selesai, si anak diperbolehkan pulang. “Ternyata penis anak saya tidak diperban,” ujar Popi.
Malam setelah pulang, terang Popi, anaknya merasakan nyeri dan sakit di bagian alat vital, bahkan sampai demam.
"Setelah beberapa hari, alat vital anak saya terlihat memutih pucat serta bagian pangkalnya terlihat bengkak," beber Popi.
Melihat kondisi anaknya, Popi pun langsung menghubungi sang dokter dan mengirimkan foto kondisi sang anak. Lalu disarankan dibawa ke rumah sakit.
Baca juga: Dugaan Malapraktik, Dokter Khitan Anak 9 Tahun di Pontianak Dilaporkan ke Polisi
“Pada 8 April 2022, saya membawanya ke Rumah Sakit Anugrah Bunda Khatulistiwa. Di sana, disepakatilah operasi, saya baru tahu bahwa alat vital anak saya terbakar pas di rumah sakit,” ucap Popi.
Popi menerangkan, penjelasan dokter, ujung pangkal penis habis. Lalu disarankan cangkok kulit.
“Saya menangis saat itu. Saya langsung menghubungi dokter yang mengkhitan anak saya. Dokter itu hanya meminta maaf dan selama di rumah sakit, dokter yang menyunat anak saya tidak datang," ungkap Popi.
Setelah 3 bulan pasca-operasi, ternyata penis korban tak kunjung sembuh. Popi juga melihat keanehan, karena korban tidak bisa menahan kencing.
"Saat kencing alat vitalnya bengkak. Saya kembali menghubungi dokter bedah anak saya untuk berkonsultasi," ungkap Popi.
Baca juga: Sempat Bohong Akan Khitan Bayu di Mataram, Wowon Suruh Solihin Bunuh Anaknya yang Berusia 2 Tahun
Karena tidak mendapat penjelasan konkret, Popi memutuskan membawa putranya ke rumah sakit di Jakarta untuk operasi.
Di Jakarta, pertama kali pergi ke Rumah Sakit Mayapada, setelah dilakukan pemeriksaan diketahui anaknya mengalami infeksi saluran kencing, sehingga dirujuk ke RS Fatmawati untuk operasi pada Januari 2023.
“Walaupun sudah menjalani operasi dan kondisi lebih baik dari sebelumnya, tapi kondisi penis belum dapat normal seperti layaknya laki-laki lain,” ujar Popi.
Menurut penjelasan dokter, anaknya harus kembali operasi agar penisnya normal, namun harus menunggu kesediaan anaknya.
“Selama setahun terakhir, anak saya telah mengalami banyak hal menyakitkan, namun hingga kini masih belum ada eiikad baik dari dokter yang melakukan khitan,” tutup Popi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.