Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modus Festival Musik Bodong di Tengah Musim Konser

Kompas.com - 29/04/2023, 20:32 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Di tengah maraknya festival dan konser musik, sejumlah promotor palsu menipu ratusan pecinta musik dan pengunjung konser.

Para korban kini menuntut keadilan atas kerugian finansial yang mereka alami serta kepercayaan mereka yang rusak terhadap acara-acara musik yang sangat mereka nantikan.

Annisa Fitri Ramadhanti merupakan seorang pecinta acara musik di Pontianak, Kalimantan Barat.

Memori paling berkesan saat ia masih kanak-kanak adalah menonton festival musik di pusat kota bersama ayahnya yang saat itu bertugas sebagai aparat keamanan.

“Iya dulu waktu bapak masih aktif kerja jadi polisi saya nonton di alun-alun. Dan sekalian gratis. Jadi saya diajak papa lagi jaga terus saya ikut nonton,” ungkap Annisa lewat video Zoom dengan BBC News Indonesia.

Baca juga: Cerita Aipda Brian Marpaung, Gelar Konser di Penjara untuk Hibur Tahanan Saat Momen Lebaran

Sejak itu, Annisa jatuh cinta dengan suasana konser seru yang membuatnya bisa menikmati lagu-lagu dari para artis favoritnya di panggung yang diramaikan penonton.

“Pokoknya kalau ada band atau artis yang mau konser di Pontianak, saya pasti beli tiketnya,” katanya.

Namun, sebelum pandemi, ia mengatakan jarang ada pertunjukan yang mengundang artis besar ke Pontianak. Kini, situasi sudah berubah total sejak wabah covid-19 mereda.

“Dulu mungkin satu tahun itu bisa dua sampai tiga kali [acara musik]. Itu pun jeda waktunya lama. Sekarang habis pandemi bisa berderet, jeda satu bulan aja enggak ada,“ kata Annisa.

Karena ia sendiri sempat ‘rehat’ pergi ke acara musik selama hampir dua tahun, Annisa senang melihat banyaknya promotor acara yang mengadakan konser maupun festival musik di Pontianak.

Baca juga: Buntut Konser Ricuh, Pemkab Lumajang Akan Panggil Penyewa Permandian Alam Selokambang

Salah satu festival musik yang menyita perhatiannya adalah Bergembira Fest, sebuah festival musik yang dipromosikan lewat akun Instagram dengan lebih dari 9.000 pengikut.

Festival itu berjanji akan menghadirkan band Sheila On 7, yang sebelumnya belum pernah tampil di Pontianak.

”Saat itu memang ada Sheila On 7 di lineup-nya, langsung beli-beli-beli semua. Karena rata-rata korbannya sama kayak saya alasannya, karena kepingin nonton band itu, jadi belinya enggak pakai mikir ini bohong atau enggak gitu,” ungkap Annisa.

Pada saat itu, ia mendengar dari temannya bahwa tiket penjualan awal alias early bird sudah terjual habis. Sementara, babak penjualan tiket berikutnya diadakan lewat pengisian Google form (G-form). Annisa membeli dua tiket, masing-masing seharga Rp275.000.

”Yang saya beli waktu itu dengan isi pakai G-form tapi ada teman saya yang pertama kali mereka penjualan early bird. Mereka buka penjualan mereka di Loket.com. Mereka pakai Loket, jadi transaksinya nyata gitu dan e-ticketnya juga ada.

Baca juga: Viral, Video Penonton Konser Saling Pukul hingga Tercebur ke Kolam di Lumajang, Kades: Senggolan Saat Joget

”Ada perasaan curiga [karena pakai Google Form] tapi aku tetap check-out karena takut tiket habis,” kata Annisa.

Namun, tiga puluh menit setelah melakukan transaksi dan mengirim formulir beserta bukti transaksi, ia tak kunjung menerima electronic-tiket dari pihak penyelenggara acara.

”Jadi saya inisiatif chat adminnya di IG terus beberapa menit setelah saya kirim chat itu. Saya buka IG-nya tiba-tiba akunnya sudah enggak ada sama sekali. Jadi benar-benar proses penipuannya memang cepat gitu,” tungkasnya.

Annisa dan beberapa korban pembeli tiket lainnya akhirnya bergabung dalam grup WhatsApp untuk mengumpulkan bukti dan melaporkan penipuan itu kepada pihak kepolisian Kalimantan Barat.

Setelah diselidiki, ternyata penipuan tersebut terjadi di berbagai daerah, tidak hanya Pontianak tetapi juga Medan, Samarinda, Manado, dan Makassar.

Baca juga: Lapor Polisi, Puluhan Warga Blitar Tuntut Refund Tiket Konser Dewa 19

Total kerugian sementara diperkirakan mencapai kurang lebih Rp400 juta.

”Itu ternyata masih banyak yang belum mengisi [data] karena ya perwakilan aja yang isi. Tapi pelakunya ketangkap, diproses dan tertangkap. Sekitar 100 orang yang melapor, dan sebenarnya belum semua itu,” katanya.

Penipuan berkedok festival musik terjadi di beberapa deerah

Postingan akun Instagram @bergembirafest yang berjanji akan menghadirkan band Sheila On 7 sebelum akun tersebut menghilangANNISA FITRI RAMADHANTI via BBC Indonesia Postingan akun Instagram @bergembirafest yang berjanji akan menghadirkan band Sheila On 7 sebelum akun tersebut menghilang
Ketua Bidang Humas Polda Kalimantan Barat, Kombespol R. Petit Wijaya, mengatakan bahwa saat ini kasus penipuan online dengan modus penjualan tiket konser sudah sampai pada tahap satu. Berarti, berkas hasil penyelidikan sudah dikirim ke Kejaksaan untuk diperiksa kelengkapannya.

”Kami masih menunggu dari kejaksaan dulu. Kalau kejaksaan menyatakan berkas sudah memenuhi unsur seluruhnya lengkap, baru nanti diserahkan ke kejaksaan untuk vonis persiapan penuntutan di pengadilan,” kata Petit kepada BBC News Indonesia pada Kamis (13/4).

Ia menyebut jumlah tersangka ada tiga orang yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka diduga sebagai pelaku dalam jaringan penipuan online yang lokasinya berada di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

”Status mereka ditetapkan sebagai tersangka, sudah ditahan. Sedang dalam tahanan,” sebutnya.

Baca juga: Aturan Kawasan Tanpa Rokok Dinilai Tak Jelas, Kota Padang Sepi Acara Konser

Petit menjelaskan bahwa para tersangka menggunakan akun media sosial palsu yang seakan-akan mempromosikan sebuah festival musik yang mengundang artis-artis ternama.

Setiap kali mereka menargetkan daerah baru, mereka akan membuat akun Instagram baru dengan nama festival dan artis berbeda. Padahal sebenarnya, mereka tidak ada niatan membuat acara tersebut maupun mengundang artis.

”Event ini untuk tiket Sheila on 7, kemudian ada Bersenandung Festival dengan mengundang JKT48, itu di Samarinda. Dijual tiketnya sampai Rp5 juta per orang.

”Kemudian, Bersenang Festival artisnya Rizky Febian itu di Medan, Sumatera Barat, [harga tiket] Rp1 juta per orang. Kemudian. Berdendang dengan Artis Raisa di Culut, dijual dengan harga Rp1 juta per orang,” jelasnya.

Petit memastikan bahwa tiga orang itu bukan promotor acara resmi. Salah satu tahanan masih berstatus mahasiswa, sedangkan dua orang lainnya belum bekerja.

Baca juga: Selesai Konser, Deep Purple Bertemu Jokowi 10 Menit dan Saling Lempar Pujian

Berdasarkan keterangan dari pihak polisi, para tersangka dapat dijerat dengan Pasal 45 A ayat (1) jo Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Mereka dapat divonis penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar rupiah.

“Enggak ada acara, memang murni untuk menipu. Bukan penyelenggara itu. Dia modusnya seolah-olah akan ada konser. Mereka menjual tiket murah.

“Ini relatif angkanya karena terlihat kalau diperiksa itu hampir seluruh Indonesia dia permainkan itu. Sementara, kalau di sini itu ada 1.415 orang yang beli tiket mereka,” ungkap Petit.

BBC News Indonesia telah berusaha untuk menghubungi pihak Loket Group untuk meminta penjelasan mengenai klaim korban adanya penjualan tiket early bird Bergembira Fest pada situs mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com